Liputan6.com, Kuala Lumpur - Malaysia dilaporkan akan mengirim tim ahli, sehubungan dengan temuan di salah satu pulau di Maladewa yang diduga mirip bagian pesawat. Namun, menurut Menteri Transportasi Malaysia, Liow Tiong Lai, temuan itu terlalu dini untuk disimpulkan kalau itu bagian dari MH 370.
Puing yang ditemukan di La Reunion beberapa waktu lalu membuat para ahli berpendapat burung besi itu jatuh di selatan Samudera Hindia. Pecahan badan pesawat kemungkinan tersebar di pulau-pulau wilayah itu.
Advertisement
Laporan penemuan Maladewa dipublikasikan setelah temuan Reunion berkesimpulan, bahwa puing tersebut merupakan bagian dari pesawat.
"Bagaimanapun, kami akan kirim tim ke Maladewa untuk meneliti puing tersebut," kata Liow dalam pernyataannya seperti dikutip dari BBC Selasa (11/8/2015).
"Ketidakjelasan informasi hanya akan membuat spekulasi, dan itu hanya menambah beban keluarga yang telah berbulan-bulan menunggu dengan kecemasan," tambah menteri transportasi itu.
Banyak ahli meragukan puing temuan di Maladewa ini. Terlebih harian lokal Haveeru, memuat pernyataan seorang kapten kapal pengangkut barang yang mengaku sampah itu kemungkinan berasal dari kapal yang tenggelam Februari 2015.
"Dari gambar yang terlihat, saya hampir yakin itu berasal dari kargo yang pernah kami angkut saat kapal kami tenggelam," kata Kapten Abdulla Rasheed kepada harian lokal Haveeru.
Meskipun investigasi masih dilakukan oleh pihak Boeing, Perdana Menteri Malaysia sudah mengumumkan bahwa temuan Reunion merupakan bagian dari MH370. Hal ini membuat sebagian besar keluarga korban murka dan merasa dipermainkan. Mereka menuntut kejelasan pemerintah Malaysia sehubungan dengan pernyataan PM Najib yang masih prematur itu.
Sementara itu, Prancis dan Australia memfokuskan pencarian sisa-sisa puing yang kemungkinan tersapu ke timur Reunion dan sekitarnya. Malaysia juga meminta negara-negara sekitar pulau Reunion membantu pencarian kemungkinan puing pesawat penerbangan MH370 tersapu sejauh itu.
Mauritus dan Maladewa kini bergabung bersama tim pencari burung besi yang mengangkut 239 penumpang yang hilang pada tanggal 8 Maret 2014. (Rie/Tnt)