Liputan6.com, Banten - Musim di Tanah Air pada 2015 dipengaruhi oleh El Nino. Ini menyebabkan musim kemarau semakin panjang di Indonesia. Puncaknya terjadi sekitar September-Oktober. Dampak dari hal tersebut sudah terlihat di sejumlah wilayah, salah satunya di Banten. Kekeringan di provinsi ini diprediksi semakin panjang dan baru berakhir pada akhir tahun ini. Akibatnya, wilayah yang terkena bencana kekeringan pun meluas.
"Luas wilayah 11.355 hektare yang telah terjadi kekeringan. Dampak El Nino diperkirakan sampai bulan Desember," kata Sekretaris Komisi 5 DPRD Banten, Ade Rossi Chaerunnisa, Selasa (11/8/2015).
Advertisement
Menantu Ratu Atut Chosiyah ini menjelaskan penanganan bencana kekeringan di Banten harus melibatkan banyak sektor. Karena puncak kekeringan akan terjadi pada September hingga Oktober mendatang.
"Yang diperkirakan awal hujan muncul di bulan Januari," ujar Ade Rossi.
Menurut dia, bencana kekeringan dianggap memicu masalah sosial. Para petani yang seharusnya bisa menikmati hasil tanamannya, terancam bangkrut karena tak mendapatkan keuntungan.
Selain itu, para buruh tani yang bekerja mengolah lahan pertanian, harus kehilangan mata pencahariannya. Dia khawatir hal tersebut menyebabkan angka pengangguran bertambah.
"Penanganan ini lintas sekotral, guna menangani bencana kekeringan ini kami sudah koordinasi dengan Distanak, Disnaker karena terkait dengan pengangguran yang makin banyak karena akibat dari gagal panen, kemudian juga Dinsos terkait bertambahnya pengangguran menyebabkan banyaknya pengemis, gelandangan, dan juga lain sebagainya. Banyak sekali dampaknya, bukan hanya dampak pertanian saja, tapi juga dampak sosial. Urusan perut pun berdampak dari kekeringan ini," tegas Ade Rossi. (Bob/Mut)