Liputan6.com, Colorado - Sungai Animas adalah warisan budaya bagi masyarakat Colorado AS, surga bagi penggemar olah raga kayak. Ia mendapat julukan River of Souls. Julukan keramat.
Namun, semenjak Selasa (11/8/2015), Animas berubah menjadi neraka bagi habitat sekitarnya. Air biru bening dan jernih tiba-tiba menguning kental seperti saus mustard. Sungai Animas teraliri racun dari bekas tambang yang terbengkalai sepanjang sungai itu. Badan Perlindungan Lingkungan Hidup AS--atau Environmental Protection Agency atau EPA-- berada di balik ini semua.
Advertisement
EPA mengakui kesalahannya karena telah meracuni Sungai Animas. Pada 4 Agustus 2015 lalu, pekerja EPA sedang mencari sumber kebocoran racun yang mengaliri sungai itu. Mereka menemukan bahwa sumbernya berasal dari dam penampung limbah tambang milik Gold King yang ditutup tahun 1923. Saat pekerja EPA hendak mencari sumber kebocoran, alat berat mereka justru menghancurkan dam.
EPA tidak bisa menghentikan laju buangan limbah itu. Segera saja air beracun mengandung arsenik tinggi itu mengaliri sungai Animas. Aliran biru bening berubah menjadi kuning.
Awalnya EPA mengumumkan bahwa mereka hanya "membuang" satu juta galon ke Sungai Animas. Tapi, mereka segera meralat, yang mereka buang ternyata sebesar 3 juta galon atau kira-kira berisi air lima kali kolam renang ukuran Olimpiade.
EPA pada Minggu 9 Agustus 2015 segera memberi peringatan kepada seluruh penduduk di bantaran sungai bahwa sungai telah terkontaminasi racun. Kota Durango dan La Plata mendeklarasikan kota dalam keadaan bahaya. Gubernur Colorado, John W. Hickenlooper menggelontorkan dana US$500 ribu untuk membantu masyarakat yang terkena dampaknya.
Saat EPA mengumumkan kecerobohannya, Senator Colorado dari Repubikan, Ellen Roberts, menitikkan air matanya. Di sungai itu, Ellen menaburkan abu jenazah ayahnya, seperti dikutip dari NYTimes.
"Sungai ini bukan sekadar tujuan turis saja," tutur Ellen dengan sedih, "Tapi sungai ini menghidupi orang-orang. Mereka membesarkan anak mereka, petani dan peternak bergantung dengan airnya."
"Kami di sini terisolasi dari pusat kota Denver, tapi berkat Animas, kami mempunyai sumber kehidupan luar biasa. Dan sekarang, kalian mengambil air kami. Bagaimana kami bisa hidup?" kata Ellen.
Pemerintah kota juga segera menghentikan pompa air dari Sungai Animas yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Mereka kini bergantung pada sungai Florida, anak sungai dari Sungai Animas.
Aliran kuning kental juga mulai mengairi sungai di New Meksiko, AS. Pemerintah setempat juga diminta menghentikan pemakaian air untuk minum.
Awal dari Neraka
Colorado terkenal sebagai salah satu kota tujuan Gold Rush di Amerika Serikat di akhir abad ke-19. Menurut The Vox, kota ini meninggalkan ratusan bekas tambang di sepanjang aliran sungai Colorado, termasuk sekitar 200 tambang terbengkalai di DAS Animas.
Bertahun-tahun, Gold King telah meracuni air Sungai Animas rata-rata 50 hingga 250 galon per menit. Oleh karena itu, EPA pun menginvestigasi sumber kebocoran itu. Alih-alih menghentikannya, para pekerja mencari kebocoran itu dengan alat berat yang mengakibatkan dam penampung limbah itu pecah.
Gold King telah berhenti beroperasi semenjak tahun 1923, tapi di masa jayanya pada tahun 1890 hingga 1920, tambang ini memproduksi emas sebanyak 350 ribu ons.
Awalnya, pemilik Gold King menuduh bahwa kebocoran bukan di tambangnya, melainkan tambang milik tetangganya, Sunnyside Gold Cooperation.
Namun, Sunnyside menolak tuduhan itu dan mengatakan Gold King-lah yang seharusnya bertanggung jawab.
"Mereka menuduh kami karena kami adalah tambang yang paling terakhir tutup dibanding lainnya," kata juru bicara Sunnyside, Lerry Perino kepada NY Times.
"Ini ulah Gold King yang tidak pernah serius mengolah limbah mereka. Mereka harus bertanggung jawab," tambahnya.
Rakyat Marah
Di malam sesudah pengumuman kecerobohan EPA, para warga dan komunitas berkumpul di gedung pertemuan setempat. Direktur Regional EPA, Shaun McGarth, harus mendapat caci maki dari para penduduk. Bahkan mereka mengganti tulisan spanduk EPA menjadi "Environmental Pollution Agency".
Beberapa dari penduduk mempertanyakan kapan pertanian dan peternakan dapat berjalan normal seperti semula. Mereka juga menanyakan apa yang akan terjadi dengan ekosistem Sungai Animas.
"Kapan usaha kami bisa buka kembali?" tanya David Moler, pengusaha penyewaan rafting.
Direktur EPA beserta koleganya meminta kesabaran para penduduk dan meminta waktu lebih lama untuk investigasi level risiko.
"Kami akan melanjutkan pekerjaan kami sambil membersihkan segala kerusakan," kata McGrath. (Rie)