Kebijakan China Soal Yuan Lemahkan Bursa AS

Kebijakan China ini telah memukul kinerja perusahaan besar dan menambah kekhawatiran tentang prospek ekonomi global.

oleh Nurmayanti diperbarui 12 Agu 2015, 04:29 WIB

Liputan6.com, New York - Pasar saham Amerika Serikat ditutup melemah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) seiring kebijakan kejutan pemerintah China yang melemahkan mata uangnya (devaluasi), Yuan. Kebijakan China ini telah memukul kinerja perusahaan besar dan menambah kekhawatiran tentang prospek ekonomi global.

Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 212,33 poin (1,21 persen) ke posisi 17.402,84. Sementara indeks S&P 500 kehilangan 20,11 poin (0,96 persen) menjadi 2.084,07 poin dan indeks Nasdaq Composite turun 65,01 poin (1,27 persen) ke level 5.036,79 poin.

Kinerja perusahaan dengan eksposure besar yang terimbas kebijakan China ini, seperti Apple (AAPL.O), yang sahamnya susut 5,2 persen menjadi US$ 113,54 dan menjadi persentase penurunan harian terbesar sejak akhir Januari 2014. Saham perusahaan ini pun menjadi hambatan terbesar pada semua tiga indeks utama. Kebijakan China soal Yuan ikut mengangkat kekhawatiran tentang permintaan untuk iPhone, terutama di negara ini.

Perusahaan lain dengan eksposur besar yang terimbas, yakni Caterpillar (CAT.N) yang sahamnya turun 2,6 persen menjadi US$ 78,04. Yum Brands (YUM.N) turun 4,9 persen menjadi US$ 83,54, dan General Motors (GM.N) sahamnya turun 3,5 persen menjadi US$ 30,83. 

"Jelas devaluasi ini tampaknya menunjukkan ada banyak kelemahan, dan kami berada di pasar yang diperdagangkan tipis pada saat ini," kata Eric Kuby, Kepala Investasi North Star Investment Management Corp di Chicago.

Mata uang Yuan jatuh ke titik terendah terhadap dolar dalam hampir tiga tahun, setelah Bank Sentral China mengambil kebijakan devaluasi. Perusahaan China yang terimbas kebijakan ini adalah saham Alibaba (BABA.N) yang turun 3,9 persen ke posisi US$ 77,34. 

Namun masih ada perusahaan yang mampu bertahan. Seperti saham Google (GOOGL.O) yang justru naik 4,3 persen menjadi US$ 660,78 setelah perusahaan mengatakan akan merombak struktur operasional. Kenaikan saham ini pun memberikan dukungan terbesar untuk indeks Nasdaq dan S&P 500.

People's Bank of China (PBC)/bank sentral China sengaja melemahkan mata uangnya. Pelemahan itu sekitar 1,9 persen terhadap dolar Amerika Serikat. Hal itu bertujuan untuk mempercepat laju ekonomi negeri tirai bambu. Pemangkasan tersebut memicu Yuan anjlok hingga mengalami penurunan harian terbesar sejak Januari 1994.

Yuan turun 1,8 persen menjadi 6,32 yuan per dolar pada pukul 13.34 waktu Shanghai. Yuan terjun turun 2,3 persen di Hong Kong pada Selasa kemarin. Harga spot 1,4 persen lebih lemah dari nilai referensi di level 6,2298, masih dalam batas 2 persen yang diizinkan oleh bank sentral.

Sebelumnya pemerintah China telah berusaha menopang yuan, dengan cara mencegah arus modal keluar, melindungi peminjam mata uang asing, dan mengajukan Yuan sebagai mata uang cadangan di Dana Moneter Internasional/IMF. Pelemahan mata uang menunjukkan para pembuat kebijakan kini menekankan pada upaya memerangi perlambatan ekonomi dan mengurangi campur tangan pemerintah pada sistem keuangan.(Nrm/Igw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya