Liputan6.com, Jakarta Pengembangan manfaat tanaman kelor (Moringa oleifera L.) di Indonesia terbilang terlambat dibanding luar negeri. Namun, masih ada kesempatan mengembangkannya untuk pangsa pasar dalam negeri sebelum diambil alih produsen luar negeri seperti diungkapkan Dosen Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta, Yosi Bayu Murti.
Advertisement
Aneka penelitian telah dilakukan periset dalam dan luar negeri membuktikan aneka manfaat hebat daun kelor. Yosi melihat potensi besar untuk mengembangkan pasar akan manfaat tanaman ini berfokus pada perbaikan gizi pada ibu menyusui dan anak.
"Daun kelor mengandung protein, zat besi, dan Vitamin C. Selain itu ada ada juga unsur flavonoid yang mampu membantu ibu menyusui menghasilkan ASI lebih banyak juga kandungan protein yang membuat ASI berkualitas," terang Yosi saat ditemui di sela-sela Seminar Ilmiah Tanaman Obat Kelor yang diselenggarakan Badan Pengawas Obat dan Makanan di Jakarta, Rabu (12/8/2015).
Selain itu, kandungan zat besi yang cukup tinggi bahkan 25 kali lebih tinggi dibanding bayam akan baik bila dikonsumsi ibu usai melahirkan dan wanita menstruasi yang kehilangan banyak zat besi.
Untuk anak-anak, sudah bisa dikonsumsi sejak sang bayi diperkenankan mengonsumsi makanan selain ASI yakni bayi di atas enam bulan.
Namun, Yosi mengingatkan ibu hamil tidak diperkenankan mengonsumsi daun kelor saat hamil terutama trisemester pertama.
"Daun kelor ini mengandung zat antikanker. Ini kan zat toxic (racun) ya," tegasnya.