Pedagang Ayam di Bogor Ancam Ikut Mogok

Mereka mengancam akan menggelar aksi mogok jualan karena lonjakan harga ayam yang terlampau mahal.

oleh Bima Firmansyah diperbarui 13 Agu 2015, 17:57 WIB
Sama halnya dengan harga daging sapi, walau turun tapi masih terbilang tinggi, masih di atas Rp 100 ribu harganya

Liputan6.com, Bogor - Karena harganya yang tidak turun, aksi yang dilakukan oleh pedagang daging sapi berupa mogok berdagang, rupanya bakal diikuti oleh para pedagang daging ayam. Mereka mengancam akan menggelar aksi mogok jualan karena lonjakan harga ayam yang terlampau mahal.

Anggota Paguyuban Pedagang Daging Ayam Bogor, Sahroni mengatakan mulai 16 Agustus-18 Agustus, pihaknya sepakat akan menggelar aksi mogok berjualan.

"Seluruh broker diminta meliburkan, agar ada penurunan harga. Libur secara lokal Bogor ini mengikuti di wilayah Jakarta dan Sukabumi," ungkapnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (13/8/2015).

Ia menuturkan, kenaikan harga yang terjadi sekarang ini sudah sangat tinggi, bahkan yang parah dalam 5 tahun terakhir. Saat ini harga daging ayam Rp 38 ribu-Rp 40 ribu per kilogram (kg), dan harga ayam hidup Rp 22 ribu-Rp 25 ribu per ekor.

Selain itu, pihaknya akan membuat surat edaran berupa imbauan kepada para seluruh pedagang daging ayam di Bogor, Jakarta, dan Sukabumi untuk libur. "Kita juga akan melakukan razia pada hari H ke sejumlah pasar, serta menyetop truk pengangkut ayam di jalan," bebernya.

Ketua Paguyuban pedagang daging ayam Bogor, Sony Listen menuturkan harga daging ayam terus meningkat setiap harinya. Kenaikan sudah terjadi setelah perayaan hari raya Idul Fitri.

"Jadi harga dari peternaknya juga sudah tinggi, pedagang bingung mau jual berapa. Dan banyak pedagang yang ngutang dan bahkan gak bisa jualan lagi karena harga yang terlalu tinggi," kata Sony.

Saat ini ia juga harus menombok untuk membayar biaya operasional rumah potong hewan (RPH), menggaji 20 karyawannya. Ia juga menyebutkan bahwa tingginya harga ayam ini disebabkan karena harga pakan yang sangat tinggi.

"Pemerintah harusnya dilakukan perlahan agar kenaikannya juga tidak drastis yang akhirnya membuat pedagang merugi. Jangan seperti saat ini yang memotong subsidi pakan hingga 30 persen," pungkasnya.

(Bima Firmansyah/Ndw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya