Liputan6.com, Jakarta - Pada sidang tahunan MPR tahun ini, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengutarakan hambatan serta pencapaian dalam masa pemerintahannya. Ia juga yakin Indonesia mampu melewati semua permasalahan yang ada.
Dalam 15 tahun terakhir, Indonesia juga mengalami lonjakan Produk Domestik Bruto, dari sekitar Rp 1000 triliun menjadi sekitar Rp 10 ribu triliun dan menjadi kekuatan ke-16 ekonomi dunia. Sehingga membuat
Advertisement
"Indonesia kini duduk sejajar dengan negara-negara maju di Forum G-20," kata Jokowi di Ruang Rapat Paripurna Utama atau Gedung Kura-kura, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (14/8/2015).
"Semua menunjukan Indonesia adalah bangsa besar. Sebagai bangsa yang besar, kita harus percaya diri, optimis dapat mengatasi persoalan yang menghadang di hadapan kita," tambah Jokowi.
Namun menurutnya, selama ini Indonesia terjebak pada pemahaman bahwa melambannya perekonomian global, yang berdampak pada perekonomian nasional adalah masalah paling utama. "Padahal kalau dicermati lebih seksama, menipisnya kesantunan, tata krama, juga berbahaya bagi kelangsungan hidup berbangsa," jelasnya.
"Menipisnya budaya saling menghargai, mengeringnya kultur tenggang rasa, baik di masyarakat maupun institusi resmi seperti lembaga penegak hukum, organisasi kemasyarakatan, media, dan partai politik, menyebabkan bangsa ini terjebak pada lingkaran ego masing-masing. Hal ini tentu saja menghambat program aksi pembangunan, budaya kerja, semangat gotong royong, dan tumbuhnya karakter bangsa," tutur Jokowi.
Dalam kondisi seperti itu, Jokowi menilai saat ini semua orang merasa bebas sebebasnya dalam berperilaku dan menyuarakan kepentingan.
"Keadaan ini menjadi semakin kurang produktif ketika media juga hanya mengejar rating dibandingkan memandu publik untuk meneguhkan nilai-nilai keutamaan dan budaya kerja produktif. Masyarakat mudah terjebak pada 'histeria publik' dalam merespon suatu persoalan, khususnya menyangkut isu-isu yang berdimensi sensasional," tegas Jokowi.
Tanpa kesantunan politik, tata krama hukum dan ketatanegaraan dan kedisplinan, jelas Jokowi, maka bangsa Indonesia akan lambat menghadapi tantangan ekonomi yang dihadapi. "Miskin berbangsa dan bernegara," ungkap dia.
"Sekarang siklus ekonomi global dan nasional kita kurang menggembirakan. Berulangkali menghadapi itu, tapi saya optimis bisa melaluinya dengan selamat," pungkas Jokowi. (Tnt/Mut)