Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah China tercatat sudah tiga kali melemahkan nilai tukar Yuan dalam tiga hari berturut-turut. Kebijakan tersebut menimbulkan kekhawatiran terjadinya perang mata uang (currency war) karena barang atau produk ekspor Negeri Tirai Bambu ini akan dijual dengan harga sangat murah.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, langkah China mendevaluasi atau sengaja melemahkan mata uangnya demi mengangkat kinerja ekspor dan menopang pertumbuhan ekonominya yang tengah melambat. Kebijakan itu tentu berdampak terhadap Indonesia.
"Ya masing-masing berusaha untuk tetap berkembang, tapi yang lebih akan terkena langsung dampaknya adalah ekonomi dan produk dengan Jepang. Sedangkan untuk itu (perang harga) dengan kita, tidak terlalu besar dampaknya," kata Darmin usai menghadiri Pidato Kenegaraan di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Jumat (14/8/2015).
Ketika dikonfirmasi mengenai potensi impor membengkak karena China menawarkan harga barang lebih murah, Darmin mengaku itu merupakan pilihan.
"Ekspor atau impor kan bisa memilih mau dari sana atau bukan. Kalau dia menjadi lebih murah, ya memang cenderung dari sana," terang Darmin.
untuk diketahui, People's Bank of China (Bank Sentral China) terus melemahkan mata uang (devaluasi) Yuan terhadap terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Tercatat, Bank Sentral China telah tiga kali secara berturut-turut melemahkan Yuan sejak Selasa, 11 Agustus 2015 hingga Kamis, 13 Agustus 2015. Devaluasi tersebut mendorong Yuan jatuh ke level terendah dalam empat tahun terakhir.
People's Bank of China menetapkan kurs tengahnya pada 6,4010 yuan per dolar pada Kamis. Yuan kembali terperosok 1,1 persen dari hari sebelumnya. Kurs tengah sentuh 6,4 Yuan per dolar AS merupakan yang pertama kalinya sejak sejak Agustus 2011.
Bank sentral China mengendalikan Yuan melalui referensi kurs tengahnya. Negeri Tirai Bambu ini sengaja melemahkan Yuan sebesar 1,9 persen terhadap dolar AS pada 11 Agustus 2015. Kemudian kembali melemahkan mata uangnya 1,6 persen pada Rabu 12 Agustus 2015.
China melemahkan mata uang Yuan terjadi menyusul data ekonomi China memburuk. Hal itu membuat pasar curiga kalau China akan melakukan intervensi mata uangnya melemah dalam jangka panjang.
Dengan pelemahan Yuan akan membantu ekspor China di pasar global. Pada akhir pekan lalu, data ekonomi China menunjukkan kalau ekspor turun 8,3 persen pada Juli. (Fik/Gdn)
China Lemahkan Mata Uang Yuan, Ini Reaksi Darmin
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan pelemahan Yuan sangat berdampak kepada Indonesia.
diperbarui 14 Agu 2015, 13:48 WIBPetugas menunjukkan uang pecahan 100 Yuan di tempat penukaran uang, Jakarta, Kamis (13/8/2015). Kebijakan Tiongkok yang sengaja melemahkan (devaluasi) mata uang Yuan membuat Rupiah melemah terhadap dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)
Advertisement
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Hasil BRI Liga 1 Malut United vs Bali United: Menang 4-1, Serdadu Tridatu Putus Tren Minor
Menyelami Kepribadian Seseorang yang Gemar Travelling
Komisi I DPR Apresiasi Langkah Soft Approach TNI-Polri dalam Pembebasan Pilot Susi Air
6 Potret Inul Daratista Bareng Ibunda, Sebut Ibu Adalah Pemilik Doa dan Pelukan Terbaik di Dunia!
Brasil Denda X Milik Elon Musk karena Buka Kembali Layanan Meski Dilarang
Ukraina Larang Penggunaan Telegram pada Perangkat Resmi untuk Minimalkan Ancaman Rusia
Kurang Nekat, Fikri/Daniel Terhenti di Semifinal China Open 2024
Konten IShowSpeed Pamer Budaya Indonesia Bikin Warganet Malaysia Iri
Bagaimanakah Memaknai Sabar? Ini Penjelasan Ustadz Adi Hidayat
Kronologi Pembebasan Pilot Susi Air Kapten Philip Mark Marthens dari Sanderaan KKB Pimpinan Egianus Kogoya
6 Tokoh Penting Film Sumala Dibintangi Luna Maya dan Darius Sinathrya, Anak Setan Pemelihara Dendam
Hasil MotoGP Emilia Romagna 2024: Francesco Bagnaia Pertahankan Gelar Sprint Race di Misano