Jubir GAM: Salam Perdamaian

Juru bicara GAM Bakhtiar Abdullah berharap Tanah Air menjadi lebih baik ke depan.

oleh Liputan6 diperbarui 15 Agu 2015, 23:20 WIB
Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. (Reuters/Damir Sagolj)

Liputan6.com, Jakarta - Tepat 10 tahun, Pemerintah RI dan tokoh GAM menandatangani perjanjian damai bersejarah di Helsinki, Finlandia. Perjanjian damai ini menandai berakhirnya konflik bersenjata 29 tahun di Serambi Aceh.

Juru bicara GAM Bakhtiar Abdullah berharap Tanah Air menjadi lebih baik ke depan.

"Mari kita berdoa kepada Allah dan jangan berhenti berusaha, semoga nasib bangsa kita bisa berubah ke arah lebih baik dan sejahtera. Diangkatkan maruah, dan semoga perdamaian ini menjadi perdamaian yang abadi di Aceh. Amin," tulis Bakhtiar yang juga anggota Perunding GAM MoU Helsinki, dalam rilisnya kepada Liputan6.com, Sabtu (15/8/2015).

Pada kesempatan itu, dia juga menyebarkan salam perdamaian bagi saudara sebangsa. "Salam Perdamaian," kata dia.

29 Tahun, Aceh terperangkap dalam situasi perang. Gerakan Aceh Merdeka (GAM) mendeklarasikan diri ingin lepas dari NKRI pada akhir 1976. Perang di Serambi Mekkah itu menyebabkan 29 ribu nyawa melayang.

Pada 15 Agustus 2005, Pemerintah RI dan tokoh GAM menandatangani perjanjian damai bersejarah di Helsinki, Finlandia.

Perundingan perjanjian perdamaian itu difasilitasi bekas Presiden Finlandia Martti Ahtisari. Nota kesepahaman ditandatangani setelah bencana gempa dan tsunami melanda Aceh.

GAM setuju tidak lagi menuntut kemerdekaan bagi provinsi kaya minyak dan gas di ujung barat Indonesia. Sebagai konsekuensi, GAM tidak lagi menuntut kemerdekaan, Pemerintah RI memberikan otonomi khusus (Otsus) untuk Aceh. Sejak 2008, Aceh telah mendapat dana otsus lebih Rp 42 triliun.

Saat itu, GAM menyerahkan 840 senjata dan kemudian dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Sementara anggota TNI maupun polisi non-organik ditarik dari Aceh mencapai 31.681 orang. (Bob/Rmn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya