Pengamat Prediksi Ada Perombakan Kabinet Jilid II

Masih ada menteri yang kinerjanya belum maksimal dan selama ini belum mampu menjadi aset, motor dan integrator bagi pemerintahan.

oleh Liputan6 diperbarui 15 Agu 2015, 19:00 WIB
Presiden Jokowi memimpin pelantikan lima menteri baru dan satu Sekretaris Kabinet di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/8/2015). Presiden Jokowi me-reshuffle sejumlah menteri Kabinet Kerja sekaligus melantik menteri baru. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo mereshuffle kabinetnya beberapa hari lalu. Pengamat memprediksi ada perombakan kabinet lanjutan setelah ini.

Presiden Negarawan Center Johan O Silalahi memprediksi pergantian 6 menteri Kabinet Kerja merupakan awal dan akan ada reshuffle kabinet lanjutan.

"Sesungguhnya secara de facto, bisa dikatakan yang dilakukan Presiden Jokowi dan Wapres JK adalah reshuffle yang prematur, reshuffle kabinet setengah hati yang pasti akan dilanjutkan dengan reshuffle kabinet jilid 2 yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh," kata Johan kepada pers di Jakarta, Sabtu (15/8/2015).

Menurut dia, masih ada menteri yang kinerjanya belum maksimal dan selama ini belum mampu menjadi aset, motor dan integrator bagi pemerintahan. Namun, tetap dipertahankan.

Dia menilai Presiden Joko Widodo (Jokowi) cukup berani mempertaruhkan jabatan kepresidenannya dengan memilih mempertahankan menteri-menteri yang kinerjanya mendapat kritik publik dalam menyelesaikan berbagai permasalahan kompleks yang diwariskan pemerintahan terdahulu.

"Bukan hanya mempertaruhkan jabatannya, sesungguhnya Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla juga otomatis mempertaruhkan nasib dan masa depan Bangsa Indonesia yang sedang memasuki turbulensi awan kelam yang diwariskan oleh pemerintahan sebelumnya," tukas Johan.

Belum lagi, lanjut dia, dengan ancaman badai ekonomi dari Tiongkok dan dunia. "Ibarat bermain catur, maka langkah 'buying time' dengan reshuffle kabinet setengah hati yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla ini berisiko," tegas Johan.

Reshuffle prematur ini, bukan saja tidak menyelesaikan masalah. Dia yakin reshuffle ini malah akan menimbulkan masalah baru yang semakin ruwet dan kompleks. Terlebih jika semangat para menko baru bukan menjadi motor dan integrator yang berkualitas.

Menko bukan pelaksana lapangan dan bukan pengambil kebijakan kementerian yang berhubungan langsung dengan publik. Mereka hanya melakukan koordinasi dan memberikan pengaturan atau arahan.

"Jika memang benar 3 menko yang baru dilantik adalah orang hebat, apakah mereka mampu mengubah seketika para menteri di bawahnya untuk juga menjadi hebat seperti mereka?" imbuh Johan.

Atau sebaliknya, yang terjadi adalah kesimpangsiuran kebijakan, miskomunikasi dan mismanajemen. "Memang kelemahannya adalah para menteri pelaksana lapangan, sehingga arahan dan koordinasi dari menko akan dilaksanakan berbeda di lapangan oleh para menteri karena keterbatasan kapabilitas para menteri tersebut," pungkas Johan. (Ant/Bob)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya