Kisah Nasi Goreng dan Ikan Sarden Usai Perumusan Teks Proklamasi

"Mereka yang muslim tetap menjalankan puasa. Mereka tetap makan sahur ketika itu di rumah Maeda," ujar Ari.

oleh Oscar Ferri diperbarui 16 Agu 2015, 12:14 WIB
Sempat digunakan sebagai tempat tinggal Laksamana Maeda, gedung ini punya peran penting bagi bangsa indonesia dalam mencapai kemerdekaan.

Liputan6.com, Jakarta - Jumat 17 Agustus 1945 dini hari. Sukarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Subardjo menyusun teks proklamasi di ruang makan, rumah Laksamana Tadashi Muda Maeda. Rumah itu kini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Ya, di rumah perwira Angkatan Laut Jepang itu, Sukarno, Hatta, Subardjo beserta puluhan orang lain dari kalangan pemuda, aktivis nasionalis, dan Anggota‎ Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) berkumpul. Saat itu, hari ke-8 pada bulan Ramadan.

Pemandu Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Ari Suriyanto‎, mengatakan, Sukarno, Hatta, Subardjo memulai perumusan di ruang makan rumah Maeda sekitar pukul 02.00. Sementara mereke bertiga memeras otak memikirkan kata demi kata, puluhan pemuda dan anggota PPKI berhimpun di ruang depan rumah Maeda.

Sekitar pukul 04.00 pagi, naskah itu kelar dirumuskan. Sukarno kemudian membacakan naskah itu ke para hadirin di ruang depan. Pelan-pelan, berulang-ulang. Dua kali Sukarno menanyakan ke para hadirin yang dijawab dua kali kor kata setuju.

Setelah itu, naskah kemudian diketik Sayuti Melik atas perintah Sukarno. Kelar diketik, naskah itu lalu disahkan dengan penandatanganan Sukarno dan Hatta sebagai atas nama rakyat Indonesia.

‎Di sela-sela itu, seluruh hadirin yang beragama Islam tetap menjalankan makan sahur. "Mereka yang muslim tetap menjalankan puasa. Mereka tetap makan sahur di rumah Maeda," ujar Ari.

Menurut Ari, menu santap sahur pada pagi buta itu adalah nasi goreng. Nasi goreng itu dimasak Satzuki Mishima. Ia adalah asisten di rumah Maeda dan satu-satunya wanita pada malam itu. Mishima juga yang meminjam mesin tik untuk menyalin ulang naskah proklamasi.

Dalam buku Sekitar Proklamasi, Hatta menulis bahwa dia tidak lupa untuk makan sahur. "Waktu itu bulan puasa. Sebelum pulang saya masih dapat makan sahur di rumah Admiral Mayeda," ujar Hatta.

Hatta tak menjelaskan, menu makan sahur apa yang disantap para hadirin di rumah yang kini terletak di Jalan Imam Bonjol, Jakarta, itu. Ia mengatakan, dirinya menyantap roti, telur, dan ikan sardines karena tak ada nasi.

"Karena nasi tidak ada, yang saya makan ialah roti, telur, dan ikan sardines. Tetapi cukup mengenyangkan. Setelah pamitan dan mengucapkan terima kasih banyak-banyak kepada tuan rumah, saya pulang dengan menggonceng sama Bung Karno..." ujar Hatta. (Yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya