BNI Tak Takut Pasar Bebas ASEAN

Perbankan yang tergabung dalam Badan Usaha Milik Negara telah memiliki modal yang kuat untuk menghadapi persaingan bebas.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 16 Agu 2015, 18:08 WIB
BNI tak takut dengan masuknya perusahaan-perusahaan asing khususnya bank asing ke Indonesia.

Liputan6.com, Bengkulu - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mengaku tak perlu takut dengan masuknya perusahaan-perusahaan asing khususnya bank asing ke Indonesia dengan berjalannya pasar bebas ASEAN di akhir tahun ini. Selama ini industri perbankan nasional khususnya bank-bank BUMN telah mempunyai modal yang kuat untuk menghadapi persaingan tersebut.

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Achmad Baiquni mengatakan, perbankan yang tergabung dalam Badan Usaha Milik Negara telah memiliki modal yang kuat untuk menghadapi persaingan bebas. Salah satu modal tersebut adalah jaringan yang kuat hingga ke daerah-daerah. 

"Pasar bebas ini sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan, tetapi memang kita harus waspada. Selama ini bank asing sudah masuk ke sini dan kami mampu bersaing," ujar Baiquni di Bengkulu (16/7/2015).

Sebelumnya, Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyebut setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan Indonesia untuk menghadapi persaingan bebas.

Pertama, soal kesiapan infrastruktur. Hal itu guna menurunkan ongkos logistik. Kemudian, berdaulat atas pangan sehingga mampu menekan impor. "Ketiga manufaktur, karena manufaktur pemberi lapangan kerja," kata dia.

Di sisi lain, dia bilang tak khawatir akan kebanjiran tenaga kerja terlebih dari negara yang memiliki penghasilan yang lebih tinggi seperti Singapura dan Malaysia. Pasalnya, kedua negara tersebut diperkirakan sulit bergeser ke negara dengan pendapatan yang lebih rendah seperti Indonesia.

Dia pun menuturkan, jumlah penduduk Indonesia yang sekitar separuh ASEAN akan membuatnya membanjir negara-negara dengan pendapatan lebih tinggi.

"Apabila nanti terjadi, tenaga kerja Indonesia yang punya keahlian dan yang tak memiliki keahlian akan cari tempat mahal, nanti orang kerja di Singapura, Malaysia paling dua itu," tutup dia. (Yuliardi Hardjo Putro/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya