Liputan6.com, Bangkok - Sebuah bom meledak di luar sebuah kuil Hindu di pusat kota Bangkok pada Senin 17 Agustus 2015 malam sekitar pukul 19.00 waktu setempat. Saat Kuil Erawan yang berada di persimpangan jantung Kota Bangkok Thailand penuh sesak dengan jemaah dan wisatawan.
Bagian tubuh manusia pun berserakan di seberang jalan usai bom meledak.
Advertisement
Sejauh ini pemerintah Thailand belum bisa memastikan siapa pelaku ledakan bom itu. Namun, menurut Komandan Militer Kerajaan Thailand, Jenderal Udomdej Sitabutr, ledakan di Kuil Erawan tidak seperti perbuatan yang biasa dilakukan oleh pemberontak di selatan Thailand.
"Ledakan kali ini berbeda dengan insiden yang biasa terjadi di selatan Thailand. Tipe bom juga berbeda dengan yang pernah dimiliki mereka (kelompok separatis)," kata Komandan Militer Kerajaan Thailand, Jenderal Udomdej Sitabutr seperti dikutip dari Guardian, pada Selasa (18/8/2015).
Menurut berita terkini mengutip Kepala polisi Thailand, ledakan berasal dari bom pipa -- sebelumnya disebutkan akibat bom dari sepeda motor sarat bahan peledak.
Awalnya, [media setempat](/2295634 "") melaporkan 27 orang tewas. Namun, dari keterangan resmi kepolisian setempat, ada 22 yang tewas. 8 Di antaranya adalah warga asing: 3 turis China, 2 dari Hong Kong, 2 Malaysia, dan 1 Filipina.
Sebelumnya disebutkan 10 warga Thailand, 1 warga Tiongkok, dan 1 orang asal Filipina ada dalam daftar korban yang meninggal dunia.
Tim dari kepolisian kini sedang mengumpulkan bukti-bukti termasuk potongan tubuh korban untuk mencari petunjuk.
"Apa pun kita lakukan untuk mengumpulkan seluruh bukti," tambah Udomdej.
"Para pelaku bertujuan untuk merusak ekonomi dan pariwisata Thailand," kata Menhan Prawit Wongsuwan.
Hingga kini, belum diketahui siapa dalang di balik serangan mematikan ini. Tetapi, pemerintah mengklaim tujuan dari pengeboman, aksi itu tak lain untuk menargetkan kerusakan ekonomi Negeri Gajah Putih tersebut.
Di sisi lain, keamaan Thailand juga tengah melawan separatis di negerinya, tapi sejauh ini para pemberontak jarang melakukan serangan di luar area pertahanan mereka.
Pariwisata Thailand adalah andalan Negeri Gajah Putih tersebut, namun sepanjang pemerintahan Junta Militer selama satu tahun terakhir, mengalami penurunan.
Negeri ini juga mempunyai masalah klasik dengan pemberontak di selatan. Dilaporkan lebih dari 6.500 orang tewas semenjak tahun 2004.
Dalam satu dekade terakhir, Bangkok juga mengalami gonjang-ganjing politik dalam negeri.
Insiden paling mematikan terjadi pada bulan April, dilaporkan 25 orang tewas dan 800 orang luka saat demonstrasi besar-besaran anti-pemerintah yang dikenal dengan 'kaos merah' terjadi. 'Kaos Merah' adalah nama lain para pendukung mantan PM Thaksin Sinawatra. (Rie/Tnt)