BI: Kami Sudah Mati-matian Menjaga Rupiah

Untuk mengembalikan rupiah ke level fundamentalnya, BI akan memaksimalkan instrumen Surat Berharga Indonesia (SBI) dan FX Swap.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 18 Agu 2015, 17:21 WIB
Petugas menunjukkan uang pecahan US$100 di penukaran uang, Jakarta, Rabu (12/8/2015). Reshuffle kabinet pemerintahan Jokowi-JK, nilai rupiah terahadap Dolar AS hingga siang ini menembus Rp 13.849. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang saat ini bergerak di atas level 13.800 per dolar AS tersebut sudah terlalu dalam (overshot).

Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo menegaskan, dengan pelemahan rupiah tersebut, Bank Indonesia terus berusaha maksimal untuk menjaga stabilitas rupiah sesuai dengan level fundamentalnya.

"Bank Indonesia itu tidak hanya khawatir, Bank Indonesia sudah mati-matian menjaga stabilitas nilai tukar rupiah‎," kata Perry di Gedung Bank Indonesia, Selasa (18/8/2015).

Dikatakan Perry, kalau selama ini bank sentral selalu mengatakan ada di pasar dan melakukan langkah-langkah stabilitas lainnya seperti halnya intervensi, itu beberapa hal yang terus dilakukannya. Kalaupun nilai tukar saat ini bisa menyentuh level 13.800 per dolar AS, ini di luar perkiraan BI juga.

Untuk mengembalikan rupiah ke level fundamentalnya, ada beberapa hal yang akan lebih dioptimalkan ‎oleh Bank Indonesia, diantaranya memaksimalkan instrumen Surat Berharga Indonesia (SBI) dan FX Swap.

Sementara di kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia agus DW Martowardojo mengatakan instrumen lain yang juga telah diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kali ini untuk menjaga nilai tukar rupiah‎ adalah ketentuan pembelian valuta asing (valas) yang harus menyertakan underlying.

‎"Kami selama ini mengatur yang sampai di atas US$100 ribu dalam sebulan baru pakai underlying, itu kita ubah di atas US$ 25 ribu dolar, itu harus menyampaikan underlying transaksi dan NPWP, itu nanti akan dikeluarkan dalam bentuk penyesuaian PBI‎," papar Agus.

Mengomentari pergerakan nilai tukar rupiah, Agus menganggap beberapa angka yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik mengenai neraca perdangan yang surplus, menunjukkan kinerja reformasi pemerintah yang positif‎. Sementara angka inflasi saat ini juga masih terkendali.

"Jadi tidak seharusnya nilai tukar rupiah itu melemah seperti sekarang ini atau kita sebut sudah tidak sesuai dengan fundamentalnya atau undervalued," tutup Agus. (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya