Citizen6, Jakarta “When you asked me what I did in school today and I say ‘I just played’, please don’t misunderstand me. For you see, I am learning as I play. I am learning to enjoy and be successful in my work. Today I am a child, and my work is play.” ~ Anita Wadley
Dunia anak-anak adalah bermain. Semua pasti setuju. Dengan bermain, anak dapat terbantu tumbuh kembangnya baik secara fisik, otak maupun mental. Dengan bermain, kita sebagai orangtua mempunyai banyak bonding time dengan anak. Adalah tugas orangtua mendampingi masa-masa tumbuh kembang optimal ini.
Advertisement
Karena bermain memang menjadi dunianya, maka sudah pasti anak-anak bahagia saat diajak bermain. Bermain tak harus dengan mainan impor dan mahal. Dengan menggunakan kreativitas kita, ternyata banyak sekali barang-barang di sekitar kita yang bisa dimanfaatkan untuk dijadikan stimulasi tumbuh kembang anak.
Masa-masa emas anak-anak adalah berada di usia 0 – 4 tahun. Di usia tersebutlah, anak sedang berada di kondisi otak paling puncak untuk menyerap segala sesuatu yang didapatnya dari lingkungan sekitarnya. Sehingga menjadi tanggung jawab orangtualah untuk memberinya stimulasi, atau umpan, agar otaknya bisa optimal berkembang.
Buku ini tak hanya memberikan petunjuk bagaimana cara melatih anak mengoptimalkan kinerja otak kecilnya agar kemampuan fisik, bahasa dan kognitifnya berkembang, namun juga mengenalkan cara mengelola emosi, empati, kepedulian sosial hingga menelusuri bakat. Apa yang tadinya kita (sebagai orangtua) pikir sepele, ternyata sangat berpengaruh pada perkembangan karakter anak.
Contoh yang menarik dalam buku ini, adalah sharing mengenai stimulasi emosi. Mengapa sih kita harus memberikan stimulasi emosi sejak dini?
Dr. Meta menulis dalam buku ini, “Apalah artinya anak pintar matematika, fasih 7 bahasa, hafal Al Quran, juara kelas terus, tetapi berberat hati memberikan kursinya di kereta kepada ibu hamil hanya karena alasan yang sangat sepele, malas berdiri? Atau hobi menyerobort saat mengantre? Atau memarkirkan kendaraan di tempat parkir untuk difabel? Bahkan gemar mengumpat atau membuang sampah sembarangan? Apalah artinya anak kita jago balet, pintar menari, tapi gengsi minta maaf saat salah, segan mengucapkan terima kasih dan sulit bilang “tolong”?”
Betul sekali, tingkat IQ (Intelligence Quotient) yang baik tidaklah cukup tanpa didukung tingkat EQ (Emotional Quotient) yang seimbang. Nah, di buku inilah ada sharing mengenai bagaimana cara mengenalkan emosi dan bagaimana men-stimulasi emosi tersebut pada anak.
Anak-anak zaman sekarang juga nampaknya terlalu dimanjakan oleh gadget. Padahal anak yang menghabiskan waktu bermain dengan menggunakan gadget, tidak terlatih fisiknya secara aktif, dan terbukti kurang memiliki daya imajinatif dibanding mereka yang bermain tanpa gadget. Tapi, permainan apa yang bisa menstimulasi otak agar bisa melatih semua kecerdasan otak anak-anak?
Ada banyak, misalnya dengan crafting. Semua hastakarya yang kelihatan sepele tersebut ternyata mampu menstimulasi mulai dari melatih motorik halus, motorik kasar, melatih kesabaran, melatih kemandirian, melatih logika, hingga mengenalkan warna. Ada banyak contoh jenis permainan edukatif yang semua lengkap tersaji dalam buku Play and Learn ini.
Buku yang sangat direkomendasikan untuk para orangtua kreatif untuk menstimulasi anak-anak yang kreatif pula.
Identitas Buku
Judul: Play and Learn
Penulis: dr. Meta Hanindita, Sp.A
Editor: Herlina P Dewi
Proof Reader: Weka Swasti
Desain Cover: Teguh Santosa
Layout Isi: Sindy Fatika
Foto isi: Carol Kuntjoro
Pengirim: Carolina Ratri
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini