PLN Gandeng Perusahaan Inggris Kembangkan Pembangkit Arus Laut

Kolaborasi antara PLN dan SBS akan mengakselerasi Indonesia ke masa depan dan akan menghemat waktu dan biaya untuk riset.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Agu 2015, 16:24 WIB
Ombak di Pantai Parangtritis dikenal sangat ganas. Sudah banyak wisatawan yang menjadi korban. Kenapa ini bisa terjadi?

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) dan pengembang independen untuk energi terbarukan dan kelautan dari Inggris, SBS International Limited, sepakat untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut.

Kepala Divisi Energi Baru dan Terbarukan PLN, Syah Darwin Siregar mengatakan, PLN dengan SBS International Limited sepakat untuk membangun pembangkit dengan kapasitas 12 Mega Watt (MW). Pembangkit tenaga arus laut tersebut akan dikembangkan di Nusa Tenggara Barat (selat Alas dan selat Lombok) dan di selat Badung, Bali.

"Ini merupakan pengembangan pembangkit listrik energi laut skala komersial pertama di Indonesia," kata Darwin, di Jakarta, Rabu (19/8/2015).

Pembangunan pembangkit dari arus laut tersebut akan dilakukan secara bertahap. Untuk tahap awal akan dikembangkan dan dimulai dibangun dengan total kapasitas 12 MW. "Selanjutnya akan dikembangkan hingga 140 MW dengan investasi US$ 350 juta," tuturnya.

Teknologi pembangkit listrik tenaga arus laut yang sangat andal dan terbarukan ini tidak hanya membantu mengurangi biaya bahan bakar fosil untuk Indonesia, namun juga akan meningkatkan keamanan energi Indonesia.

"Kolaborasi antara PLN dan SBS akan mengakselerasi Indonesia ke masa depan dan akan menghemat waktu dan biaya untuk riset dan pengembangan pembangkit listrik arus laut secara komersial," pungkasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada seluruh jajaran menteri dalam Kabinet Kerja untuk memprioritaskan pembangunan pembangkit listrik yang menggunakan Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Salah satu energi baru dan terbarukan yang layak dikembangkan di Indonesia adalah energi panas bumi dan juga arus laut.

Jokowi menjelaskan, potensi listrik yang bisa dihasilkan dari energi panas bumi di Indonesia mencapai 28 ribu Mega Watt (MW). Namun sayangnya, sampai saat ini pengembangan energi tersebut belum maksimal karena memang belum banyak yang fokus untuk mengembangkannya.

"Ada potensi pengembangan energi geothermal dengan kapasitas mencapai 28 ribu MW di seluruh Indonesia. Ini sangat ramah lingkungan tapi kita tidak pernah fokus ke geothermal ini. Selain itu masih ada energi lain yang bisa dimanfaatkan seperti angin, ombak, matahari dan biomassa, " kata Jokowi.

Ia melanjutkan, agar pengembangan energi baru dan terbarukan di Indonesia bisa gencar, dirinya telah meminta kepada Menteri Koordinator Bidang perekonomian dan Kemaritiman, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk memprioritaskan pengembangan energi ramah lingkungan tersebut sebagai sumber energi listrik.

"Sehingga secara khusus hari ini saya perintahkan Menko, Menteri BUMN dan Menteri ESDM agar ke depan bisa mengembangkan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Pembangkit tersebut harus diberi prioritas karena memiliki kekuatan dan potensi," tuturnya.

Ketergantungan Indonesia pada sumber energi fosil dalam membangkitkan listrik selama ini harus bergeser dengan menggunakan energi baru dan terbarukan. Meski saat ini program listrik 35 ribu MW mayoritas masih mengandalkan energi fosil, namun ke depannya harus berubah.

"Target 35 ribu MW memang hampir 90 persen lebih bertumpu pada batu bara. Namun ini harus digeser dan berubah," pungkasnya.

"Ini demi melepaskan diri dari ketergantungan pada sumber energi fosil dan memanfaakan sumberdaya alam yang berlimpah secara berkelanjutan. Di antaranya Biofuel, Biomassa, panas bumi, air, angin, matahari, gelombang laut sampai dengan energi pasang surut air laut," ucapnya.

Salah satu energi baru dan terbarukan yang perlu dimanfaatkan adalah energi panas bumi. Sumber energi ini berlimpah, bersih dan ramah lingkungan. Kebijakan Energi Nasional telah menargetkan pemanfaatan energi baru terbarukan meningkat menjadi 23 persen. pada 2025. (Pew/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya