Pertamina Berkomitmen Kembangkan Energi Terbarukan

PT Pertamina mengembangkan pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan sebesar 1,13 GW.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Agu 2015, 18:01 WIB
Pertamina menargetkan penjualan Pertalite mencapai 500 kiloliter per hari. (Liputan6.com/Achmad Dwi Afriyadi)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mendukung pemerintah untuk menggenjot pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan yang ditargetkan dapat mencapai sekitar 23 persen dari total bauran energi pada 2025.

"Pertamina berkomitmen untuk mencari sumber-sumber energi, termasuk energi baru dan terbarukan yang dapat digunakan untuk menopang kemandirian dan kedaulatan energi nasional," kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, di Jakarta, Rabu (19/8/2015).

Dwi menuturkan, PT Pertamina (Persero) telah mencanangkan pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan sebesar 1,13 Giga Watt (GW) dan produksi biofuel sebesar 1,28 juta Kilo Liter (KL) pada 2019.

Selain itu Pertamina juga melakukan peningkatan kapasitas produksi pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan akan bersumber utama dari panas bumi, yaitu sebesar 907 Mega Watt (MW), solar photovoltaic dan energi angin masing-masing 60 MW, biomassa 50 MW dan mini microhydro dan ocean energy masing-masing 45 MW dan 3 MW.

Sedangkan, untuk biofuel sendiri akan terdiri dari green diesel dengan kapasitas 0,58 juta KL per tahun, co-processing green diesel 0,14 juta KL per tahun, co-processing green gasoline 0,23 juta KL per tahun, bio avtur 257.000 KL per tahun, bio ethanol sebesar 76.000 KL per tahun, dan 10 ton per hari bio LNG plant.

"Pertamina mempertimbangkan pula untuk masuk ke semua lini dari bisnis energi baru terbarukan, tidak sekadar menjadi offtaker, melainkan bisa juga menjadi produsen di bisnis hulu energi baru dan terbarukan," tutur Dwi.

Direktur Gas, Energi Baru dan Terbarukan PT Pertamina (Persero) Yenni Andayani menambahkan Pertamina siap berinvestasi bisnis hulu Energi Baru dan Terbarukan. Belanja modal yang diperlukan untuk pengembangan bisnis EBT, di luar panas bumi diperkirakan mencapai sekitar US$ 1,5 miliar hingga 2019.

Yenni menyambut baik adanya berbagai kebijakan pendukung bagi terwujudnya pengembangan energi baru dan terbarukan di Tanah Air, seperti insentif harga untuk pembangkit listrik panas bumi, air, biomassa, dan juga biogas. Dia juga mengungkapkan kebijakan harga memang menjadi kunci sukses bagi pengembangan energi baru dan terbarukan.

"Apalagi dengan kondisi harga minyak mentah seperti saat ini, tentu saja energi baru dan terbarukan menghadapi tantangan karena harus berkompetisi dengan energi fosil yang sedang turun harga," kata Yenni. (Pew/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya