Cerita Petualangan Menakjubkan ke 60 Negara

Chang mengemas pakaiannya dan meninggalkan kota New York. Apa yang awalnya menjadi perjalanan 1 tahun berubah menjadi 3 tahun.

oleh Liputan6 diperbarui 20 Agu 2015, 05:00 WIB
Potret Chang saat berpetualang. (My Modern Met)

Liputan6.com, New York - Bagi kebanyakan orang, memikirkan berhenti dari pekerjaan dan berkeliling dunia hanyalah sekedar mimpi belaka. Namun, bagi Walter Chang, fantasi itu menjadi kenyataan ketika dia meninggalkan segala sesuatu dan menghabiskan waktu 3 tahun untuk menjelajah 60 negara berbeda, serta mendokumentasikan setiap perjalanan yang luar biasa disetiap negara yang dia singgahi.

Ketika ekonomi global hancur pada tahun 2008, Chang baru saja lulus dari New York University dengan gelar sarjana film dan televisi. Bukannya meneruskan karir di industri itu, Chang malah memutuskan untuk mengambil pekerjaan penuh waktu sebagai teknisi audio-visual sampai perkembangan ekonomi membaik.

Potret Chang saat berpetualang. (My Moder Met)

Chang memimpikan untuk dapat bepergian ke seluruh Asia dan beristirahat sejenak selama setahun, karena sesungguhnya dia tidak menikmati pekerjaan yang dia jalani.

Untuk itu, Chang mulai menabung. Dia keluar dari apartemennya dan tidur di rumah teman atau di tempat kerjanya serta menjual semua barang-barangnya.

Akhirnya, pada bulan September 2011, Chang mengemas pakaiannya dan meninggalkan kota New York. Apa yang awalnya menjadi perjalanan 1 tahun berubah menjadi 3 tahun, karena Chang menjadi 'kecanduan' sensasi berpetualang, melihat pemandangan fantastis dan bertemu dengan orang-orang baru di setiap negeri yang dia kunjungi.

Dia bisa tidur di bawah bintang dengan binatang liar di Zimbabwe, menempuh perjalanan ke Everest Base Camp di Nepal, berdiri di Ganges River di India, dan masih banyak lagi. Semua pengalaman luar biasa itu dia dokumentasikan untuk berbagi dengan teman-temannya di seluruh dunia.

Potret Chang saat berpetualang. (My Modern Met)

Chang mengakui, anggaran untuk berkeliling ke negara-negara menjadi suatu tantangan. Untuk menghemat biaya agar tetap dibawah US$ 20 ribu atau sekitar Rp 276 juta selama setahun, dia menumpang kendaraan, berkemah, tidur di bandara bahkan menempuh perjalanan selama 30 jam dengan kereta api ke negara China dan India.

Selama perjalanan, Chang melewati beberapa kesulitan, antara lain ketika dia keracunan makanan, hampir menjadi korban pencurian di Chili dan nyaris meninggal ketika mobilnya terbalik di padang pasir Namibia.

"Perjalanan ini benar-benar sebuah pengalaman belajar dan investasi dalam diriku. Aku dapat melihat bagaimana kehidupan orang lain dan cara mereka memandang hidup. Aku juga dapat meluangkan waktu untuk merefleksikan bagaimana diriku dengan perspektif yang sangat berbeda. Aku lebih merasa percaya diri dan santai, ketika berinteraksi dengan orang-orang lain dari waktu ke waktu," kata Chang seperti dikutip dari My Modern Met, Kamis (20/8/2015).

Kini, Chang berbagi cerita melalui sebuah buku fotografi berjudul "We Call This Home".

"Aku sangat beruntung bisa merasakan petualagan ini. Menangkap gambar dan bercerita melalui media visual selalu menjadi obsesiku. Memotret orang-orang dan tempat yang aku kunjungi selama perjalanan, memberiku kesempatan untuk mengekspresikan gairahku," tambahnya.

Menakjubkan!

(Stevanie Adeline/Tnt)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya