Liputan6.com, New York - Reli yang dicetak Wall Street memudar setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed belum bisa memastikan kapan waktu yang telah untuk menaikkan suku bunga.
Mengutip Bloomberg, Kamis (20/8/2015), Indeks Standard & Poor 500 turun 0,8 persen menjadi 2.079,61 pada pukul 4 sore waktu New York, AS. Sebelumnya, indeks S&P 500 sempat menguat namun kemudian juga secara drastis langsung merosot.
Indeks Dow Jones Industrial Averange juga turun 162,61 poin atau 0,9 persen ke level 17.348,73.
Saham-saham di sektor energi memimpin penurunan karena kenaikan stok minyak mentah secara tak terduga yang terjadi sejak Januari lalu sehingga mengirim harga minyak ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir.
Pemicu terbesar pelemahan saham-saham di Amerika Serikat adalah publikasi yang dilakukan oleh The Fed yang menyatakan bahwa mereka akan melihat kondisi yang lebih dalam dampak dari ekonomi global saat ini untuk menaikkan suku bunga.
Hal tersebut membuat spekulasi dari pelaku pasar mengenai rencana kenaikan suku bunga akan dilakukan pada pertemuan mendatang memudar. Semula, sebagian besar pelaku pasar yakin bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga pada September nanti.
Kondisi global yang menjadi perhatian saat ini adalah langkah devaluasi yang dilakukan oleh China. Negara Tirai Bambu tersebut terus menurunkan tingkat mata uangnya untuk mendorong ekspor yang lebih besar.
"Volume dan frekuensi perdagangan tidak begitu besar. Pasar sedikit gugup dengan kondisi yang terjadi saat ini. Pasar komoditas melemah dan devaluasi China membuat pelaku pasar harus berjaga-jaga," jelas broker Conifer Securities LLC, New York, AS, Steve Bombardiere.
Sebenarnya dalam seminggu terakhir pergerakan Wall Street sudah sedikit tenang. Namun pada perdagangan hari ini kembali bergejolak.
Aksi jual yang terjadi bursa saham beberapa negara berkembang cukup membebani wall Street. Indeks Vietnam dan Kazakhstan turun ke posisi terendah dalam empat tahun terakhir untuk menyesuaikan dampak dari devaluasi China.
Di luar itu, harga minyak juga telah anjlok lebih dari 30 persen dari titik tertinggi pada tahun ini.
The Fed sendiri menginginkan lebih banyak bukti yang bisa mereka jadikan pegangan untuk menaikkan suku bunga. (Gdn/Ndw)
The Fed Belum Beri Kepastian, Wall Street Kembali Tertekan
Indeks Dow Jones Industrial Averange turun 162,61 poin atau 0,9 persen ke level 17.348,73.
diperbarui 20 Agu 2015, 04:28 WIBBursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada Selasa (Rabu pagi).
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
VIDEO: Mengurangi Dampak Negatif "Doomscrolling" di Masa Penuh Stres
BAIC Indonesia Pamerkan Produk Unggulan hingga Sediakan Promo Menarik di GJAW 2024
Wall Street Perkasa, Indeks Dow Jones Sentuh Rekor
Luhut: NU Harus Memimpin Upaya Perdamaian Timur Tengah
Infografis Gibran Minta Menteri Pendidikan Hapus Penerimaan Siswa Sistem Zonasi dan Plus Minusnya
Pilkada Jakarta, Relawan Rujaks Siap Kawal Kemenangan RK-Suswono Satu Putaran
5 Faktor Utama di Balik Lonjakan Harga Bitcoin ke Rekor Tertinggi Rp 1,56 Miliar
Tips Memasak Nasi Liwet Sunda Agar Lezat dan Gurih
Korea Selatan: Rusia Pasok Rudal ke Korea Utara Sebagai Imbalan Pengiriman 10 Ribu Pasukan
Fitri Salhuteru Jawab Tudingan Jadi Biang Keladi Masalah Nikita Mirzani: Allah Saksi Hidup Buat Saya
Prediksi Liga Italia Serie A AC Milan vs Juventus: Tugas Berat Berburu Poin Penuh
Jadwal Sholat Isya Hari Ini, Cara Praktis Mengecek Melalui Aplikasi dan Website Resmi