Liputan6.com, Bangkok - Pihak kepolisian kerajaan Thailand masih dalam penyelidikan kasus teror bom yang salah satunya mematikan, pada 17 Agustus 2015 lalu. Mereka sempat melontarkan dugaan bahwa kelompok etnis Uighur berada di balik serangan tersebut.
Menurut salah satu sumber di kepolisian, mereka melakukan itu untuk balas dendam atas perlakuan pemerintah Negeri Gajah Putih. Namun, hari Kamis ini Perdana Menteri (PM) Thailand Prayut Chan-ocha menolak mentah-mentah teori itu.
Advertisement
"Kalau memang benar kelompok pendukung Uighur yang melakukan, mereka pasti sudah berkoar-koar," kata Jenderal Prayut seperti dikutip dari Bangkok Post. "Ini sudah tiga hari semenjak ledakan, mereka tidak muncul. Saya pikir ledakan ini bukan ulah mereka," tuturnya Kamis (20/8/20105).
Sebelumnya pada bulan Juli, kepolisian Thailand menyiram air kepada pendukung Uighur setelah pemerintah Negeri Gajah Putih itu mendeportasi 109 beberapa orang etnis itu ke China. Tindakan tersebut mengundang kritikan dari pihak internasional. Dari situlah dugaan dalang teror bom itu mengemuka, kelompok tersebut dianggap hendak membalas dendam.
Sementara itu, banyak pihak menyayangkan kesimpulan tergesa-gesa dari kepolisian Thailand yang menuduh Uigur berada di balik serangan bom mematikan ini. Menurut direktur PBB untuk urusan kriminal, Jeremi Douglas mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada keterlibatan etnis uighur dalam aktivitas teroris di Asia Tenggara.
"Terlalu dini menyimpulkan siapa yang terlibat atau tidak. Lebih baik, tunggu bukti saja. Jangan terburu-buru," ujar Jeremy.
Junta militer juga menolak pertolongan Inggris untuk mengintervensi terhadap investigasi mereka.
"Kalian mau negara luar turut campur setiap masalah? Ini melanggar batas. Tidak perlu ada orang asing ikut-ikutan menginvestigasi kasus di Thailand. Kalau mereka mau memberi nasehat, tidak masalah," kata PM Prayut.
Mantan Komandan Angkatan Darat Kerajaan Thailand ini juga meminta pelaku segera menyerahkan diri demi keamanannya. Ia percaya, otak pelaku akan membunuh pria pembawa bom ini.
"Kalau ingin aman, silahkan datang ke kami. Akan saya jamin keselamatanmu, sebelum dibunuh orang yang mengendalikanmu," himbau PM Prayut.
Pengakuan Sopir Ojek
Kaseem adalah seorang supir ojek yang malam peledakan itu sedang beroperasi mencari penumpang. Kepada TV nasional Channel 3 yang dikutip dari The PhuketNews, ia mengaku dihentikan oleh seorang yang persis dengan sketsa yang disebarkan oleh polisi.
Pria berkaus kuning itu menghentikan Kaseem tak jauh dari ledakan.
Menurut Kaseem, pria itu tidak berbicara apa-apa. Hanya menyerahkan secarik kertas bertuliskan 'Lumpini Park'.
"Dia bercakap-cakap di telepon," kata Kaseem. "Aku tidak tahu bahasa apa yang dia pakai. Tapi aku yakin itu bukan Thai ataupun Inggris," ujarnya.
"Aku juga tidak melihat siapa-siapa saat ia turun," lanjutnya. "Saat itu gelap dan banyak pohon. Susah aku melihatnya."
Pada hari Rabu, 19 Agustus kemarin, pria lain bernama Phongphop Butsari mendatangi polisi untuk mengklarifikasi status di dinding Facebooknya. Anggota kelompok 'kaos merah' pendukung mantan PM Thaksin Shinawarta ini mengaku hanya menyalin dari sebuah diskusi politik di dunia maya.
Dalam dinding media sosial tersebut menulis memperingati warga Bangkok untuk berhati-hati.
"Penting, penting, penting tanggal 14-18, hati-hati di Bangkok. Ini yang bisa kulakukan. Kabar ini 86% benar. Ini yang bisa kulakukan. Ulangi lagi," tulisnya minggu lalu dalam dinding Facebook dengan akun Vitchavej Pornpromraksa.
Satu jam setelah ledakan meluluhlantakkan Bangkok, ia kembali membuat status. "Aku sudah bilang untuk hati-hati. Bagaimana? Percaya padaku? Baru saja terjadi. Cepat cari, adakah anggota kita yang terkena dampaknya?" tulis Butsari dalam dinding Facebooknya.
Meski telah mendatangi kantor polisi dan membuat pengakuan, kepolisian tidak menahan Butsari. (Rie/Tnt)