Ratusan Pegawai Bank Ketahuan Doyan Akses Situs Perselingkuhan

Ratusan bankir diduga menjadi pengguna situs perselingkuhan AshleyMadison.com.

oleh Andina Librianty diperbarui 21 Agu 2015, 07:48 WIB
Para pengguna Ashley Madison dibuat was-was setelah situs pencarian pasangan selingkuh itu mengalami serangan cyber.

Liputan6.com, Amerika Serikat - Situs perselingkuhan, AshleyMadison.com, telah menjadi korban peretasan pasca sejumlah data pengguna dikabarkan disebar ke dark web. Dari bocoran tersebut, diketahui terdapat ratusan akun yang berhubungan dengan instansi perbankan asal Amerika Serikat seperti Wells Fargo, Bank of America, PNC Bank dan Capital One. 

Menurut laporan laman MarketWatch yang dikutip Jumat (21/8/2015), fakta tersebut memunculkan dugaan bahwa ratusan bankir menggunakan alamat email kerja mereka untuk mendaftar menjadi pengguna AshleyMadison.com. 

Berdasarkan data yang diberikan peneliti keamanan Robet Graham, MarketWatch memeriksa alamat email yang dirilis oleh hacker dan menemukan setidaknya terdapat 665 email yang berhubungan dengan berbagai bank besar asal AS. 

Juru bicara Wells Fargo, Ancel Martinez, mengatakan "Kami tidak bisa mengomentari soal kebenaran data tersebut, tapi kebijakan perusahaan mengharuskan para karyawan menggunakan alamat email pribadi untuk urusan bisnis pribadi".

Berbeda dengan Wells Fargo, juru bicara bank lain seperti Goldman Sachs, J.P. Morgan, U.S. Bancorp dan Citigroup, hingga kini masih menolak untuk berkomentar.

Sementara itu, pihak Ashley Madison mengatakan bahwa mereka tengah memantau dan melakukan investigasi untuk mengetahui keaslian informasi yang dibocorkan oleh hacker.

"Kami akan mengerahkan sumber daya yang signifikan untuk upaya ini (investigasi)," tulis pihak Ashley Madison dalam pernyataan resminya.

Di sisi lain, sejumlah peneliti keamanan meyakini bahwa data yang dibocorkan hacker tersebut adalah asli. Namun, untuk urusan keaslian alamat email masih diragukan. Pasalnya, Ashley Madison tidak memverifikasi alamat email pengguna setelah mendaftar, sehingga mereka bisa saja menggunakan email palsu atau milik orang lain.

(din/dhi)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya