Liputan6.com, Damaskus - Kota tua Alepo kembali kehilangan jiwanya. Setelah kompleks kuno Palmyra hancur diporak-porandakan militan ISIS, kali ini mereka harus kehilangan seorang pelindungnya. Ia adalah arkeolog Khaled as-As'ad.
Seumur hidupnya ia dedikasikan untuk melindungi barang-barang antik, monumen, dan kuil peninggalan leluhur di Palmyra, Suriah.
Advertisement
Namun, perjuangannya selama puluhan tahun melindungi warisan budaya yang diakui oleh UNESCO ini dibayar oleh nyawanya. Selasa 18 Agustus 2015, ia tewas dipenggal oleh kelompok militan ISIS.
Al-As'ad adalah seorang profesor arkeologi sekaligus mantan manajer benda berharga dan museum di Palmyara. Menurut Pengawas Hak Asasi Manusia untuk Suriah, ia diculik oleh ISIS awal tahun 2015 dan kini, nyawanya pun melayang.
'Kejahatan' Al-As'ad di mata kelompok militan itu adalah tidak mau membocorkan lokasi tempat harta karun kuno yang berisi mata uang dan bongkahan emas.
"Al-As'ad menolaknya," kata Maamoun Abdulkarim, Direktur Barang Antik dan Museum Suriah seperti dikutip dari CNN.
"Al-As'ad pernah bilang kepada saya sebelum ia diculik, 'apapun yang terjadi, terjadilah. Saya tidak mau melawan hati nurani ini. Ia punya kepribadian kuat dan sangat teguh menjalankan profesi," kata Abdulkarim.
Setelah mengeksekusi profesor berusia 82 tahun itu, ISIS memposting foto jenazahnya di berbagai sosial media milik kelompok tersebut pada Rabu 19 Agustus. Jenazahnya dipamerkan di tengah kota. Di atas jenazah, tertulis dalam secarik kertas: 'orang bid'ah' atau pendusta.
Mantan wakil menteri Suriah yang bertanggung jawab atas warisan budaya, Abdalrazzaq Moaz, menyebut kematian al-As'ad itu "bencana."
"Bagi Khaled al-As'ad, Palmyra sangat berarti. Dia pun adalah tokoh yang paling berjasa bagi banyak orang," kata Moaz. "Dia adalah seorang tokoh besar. Selain melindungi Palmyra, ia salah satu ulama paling senior yang hidup di Suriah."
Palmyra, timur laut Damaskus, dikenal sebagai "pengantin padang pasir". Mempunyai koleksi yang sangat indah dari reruntuhan yang menggambarkan rute perdagangan bersejarah yang sepanjang Persia, India dan China hingga Kekaisaran Romawi.
Sejarawan Inggris dan novelis Tom Holland menggambarkan Palmyra sebagai "daya tarik yang luar biasa pengaruh klasik Iran bercampur dengan pengaruh Arab."
ISIS merebut kota era Neolitik pada Mei 2015. Anggota ISIS menghancurkan dua tempat suci Muslim kuno. Lalu, mereka mengunggah foto-foto kerusakan di Facebook.
Menurut Direktorat Jenderal Purbakala dan Museum Suriah, salah satu makam yang hancur adalah bahwa Muhammad bin Ali, keturunan Ali bin Abi Talib, sepupu Nabi Muhammad. Makam itu terletak di daerah perbukitan 4 kilometer utara Palmyra.
"Militan ISIS juga meledakkan kuil Shagaf atau dikenal sebagai Abu Behaeddine, seorang tokoh agama dari Palmyra, yang tinggal 500 tahun yang lalu. Kuil ini terletak di oasis 500 meter dari Kota Kuno Arch of Triumph," demikian pernyataan diemail pada bulan Juni oleh Maamoun Abdulkarim.
Gambar yang diunggah di Direktorat Jenderal Purbakala dan Museum menunjukkan debu dan kotoran terbang ke udara sebagai tempat suci hancur.
Monumen lainnya, candi dan bangunan bersejarah telah digali asal-asalan, dan patung singa di pintu masuk museum Palmyra juga telah hancur.
ISIS banyak menghancurkan situs arkeologi karena mereka menganggap itu semua adalah berhala. (Rie/Yus)