Ahok vs Warga Penggusuran Kampung Pulo

Teriakan "Allahu Akbar" menggema di kawasan Kampung Pulo ketika warga melempari petugas dengan batu.

oleh Ahmad Romadoni Luqman RimadiNafiysul QodarAudrey Santoso diperbarui 21 Agu 2015, 00:01 WIB
Warga Kampung Pulo menyerang Petugas saat penggusuran Kampung Pulo, Jakarta, Kamis (20/8/2015). Penggusuran pemukiman Kampung Pulo dilakukan oleh 2.200 personel gabungan untuk normalisasi Sungai Ciliwung. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Teriakan "Allahu Akbar" menggema di kawasan Kampung Pulo ketika warga melempari petugas dengan batu. Mereka awalnya terlibat dorong-dorongan dengan petugas yang akan membongkar kediamannya.

Paling banyak, penertiban menyasar bangunan yang ada di RW 03, RW 02, dan RW 01.

Untuk menenangkan massa di penggusuran Kampung Pulo itu, aparat polisi menembakkan gas air mata ke arah massa yang melempari batu.

Ratusan warga Kampung Pulo menolak direlokasi atau digusur oleh petugas gabungan yang terdiri oleh Petugas Satpol PP, Polisi, dan TNI. Mereka pun melempar batu ke arah petugas di Jalan Jatinegara Barat, Jatinegara, Jakarta Timur.

Pantauan di lapangan, Kamis 20 Agustus 2015 pagi, warga Kampung Pulo tidak terima kediaman mereka dibongkar. Mereka membawa-bawa spanduk yang berisi penolakan.

Upaya negosiasi antara warga dengan Pemprov DKI yang ditengahi Kapolres Jakarta Timur Kombes Pol Umar Faruq sedianya telah mendapat kesepakatan. Warga setuju petugas hanya membongkar bangunan yang telah menerima kunci rumah susun.

"Tapi kalau yang belum terima kunci dibongkar, warga bakal rusuh," ujar salah satu warga di lokasi.

Namun Camat Jatinegara Sofyan Taher, kukuh menjalankan instruksi Pemprov DKI dengan tetap membongkar seluruh bangunan di Kampung Pulo. Warga pun marah. Batu-batu lalu beterbangan dari arah kerumunan warga ke petugas polisi dan Satpol PP.

Sebuah alat berat di rusak massa saat kericuhan penggusuran Kampung Pulo, Jakarta, Kamis (20/8/2015). Penggusuran permukiman Kampung Pulo yang dilakukan oleh 2.200 personel gabungan untuk normalisasi Sungai Ciliwung. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Alat berat ekskavator yang digunakan Pemprov DKI untuk membongkar bangunan warga pun jadi sasaran amuk massa. Warga membakar ekskavator yang terparkir di pinggir Jalan Jatinegara Barat.

Amuk massa kian tak terkendali. Pasukan Anti-Huru Hara (PHH) Brimob pun ditambah 1 kompi dan kendaraan Water Cannon dikerahkan untuk meredam bentrok. Sementara, 1 unit mobil pemadam kebakaran juga diturunkan untuk memadamkan ekskavator yang dibakar warga Kampung Pulo.

Warga tetap melawan dengan terus melempari petugas dengan batu dan pecahan kaca.

Seorang juru kamera TV terluka terkena lemparan batu, pecahan kaca, botol kaca, batu, dan petasan. Dia segera ditangani petugas medis. Ada juga warga yang terluka dan dibawa ke tempat medis.

Sejumlah kendaraan bahkan turut menjadi sasaran amuk warga. Termasuk sepeda motor koresponden SCTV yang melakukan tugas jurnalistik, Isa Anshori.

Kendaraan bermotor milik polisi juga menjadi sasaran perusakan.

Bentrokan antara warga Kampung Pulo dengan personel polisi pamong praja berlangsung di ruas Jalan Jatinegara Barat. Polisi yang berupaya membubarkan konsentrasi massa melontarkan gas air mata.

Polda Metro Jaya menurunkan 500 polisi gabungan dari beberapa satuan: Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Polisi, dan TNI. Total melibatkan 2.152 personel gabungan.

Relokasi Kampung Pulo (Liputan6.com/ Nafiysul Qodar)

Tak lama kemudian, mereka terlihat mengamankan 4 warga. Ketiganya lalu dibawa ke mobil polisi.

Setelah Pasukan Anti-Huru Hara (PHH) Brimob ditambah 1 kompi dan kendaraan Water Cannon dikerahkan, kerusuhan mereda. Warga dipukul mundur petugas hingga masuk ke dalam perumahan mereka.

Petugas langsung memblokade akses masuk ke gang-gang perumahan di kawasan Kampung Pulo dengan menggunakan kayu-kayu, meja, bahkan pagar besi. Tiap akses dari rumah warga ke jalan raya pun dijaga ketat petugas gabungan.

Seorang warga diamankan Petugas saat penggusuran Kampung Pulo, Jakarta, Kamis (20/8/2015). Penggusuran pemukiman Kampung Pulo dilakukan oleh 2.200 personel gabungan untuk normalisasi Sungai Ciliwung. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Dipimpin Kasubdit Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Herry Heriawan, polisi menyisir gang-gang di sepanjang Kampung Pulo dan membawa para pemuda yang dicurigai. Belasan pemuda pun digelandang pihak berwenang.

Terakhir, dilaporkan 27 pemuda diamankan karena diduga terlibat tindakan anarkistis saat eksekusi lokasi yang biasa dilanda banjir itu.

Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian yang turun langsung ke lokasi menegaskan, semua orang yang terlibat perusakan dan menganiaya petugas pasti diproses secara hukum dan harus bertanggung jawab.

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengaku telah memberi arahan kepada jajaran kepolisian di Polda Metro Jaya untuk mengedepankan langkah negosiasi kepada warga Kampung Pulo. Namun, bila warga melakukan tindakan anarkistis, Badrodin meminta jajarannya mengambil tindakan tegas terhadap mereka. ‎

(Liputan 6 TV)

Bentrok itu juga berdampak pada Rumah Sakit Hermina Jatinegara yang dilaporkan diserang oknum petugas. Kaca pintu ruang Unit Gawat Darurat (UGD) pecah.

Tiba-tiba beberapa oknum petugas gabungan dari Polri dan Satpol PP mendatangi rumah sakit. Mereka meminta agar para karyawan RS Hermina masuk ke dalam agar tidak terkena imbas bentrokan.

Penggusuran yang berujung bentrok itu juga berimbas pada aktivitas sejumlah warga. Sekolah Santa Maria Fatma yang ada di Jalan Jatinegara Barat harus memulangkan siswanya lebih awal karena kejadian ini.

Sekretaris Daerah Pemprov DKI Jakarta Saefullah mengatakan, kericuhan terjadi lantaran ada provokasi dari orang-orang yang tetap ngotot tidak ingin meninggalkan Kampung Pulo, jika tak mendapatkan uang kompensasi.

"Ini segelintir orang yang provokasi. ‪Mereka lebih manusiawi kok kalau tinggal di rusun," kata Saefullah.

(Baca: Ini Fasilitas Rusun untuk Warga Kampung Pulo)

Ahok vs Warga Kampung Pulo

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pun "murka" mendengar kerusuhan yang terjadi dalam pembongkaran bangunan di kawasan Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur yang mendapatkan perlawanan warga. Apalagi mereka meminta Pemprov DKI Jakarta memberi uang ganti rugi.

"Dulu Jokowi pas jadi Gubernur DKI janji bakal ganti rugi. Sekarang Ahok enggak mau ganti rugi. Kami sepakat damai (kalau diganti rugi)," ujar Warga Kampung Pulo, Nur Ali.

Ahok mengaku tidak punya pilihan lain selain menggusur warga. Sekalipun harus berakhir ricuh. "Mau enggak mau harus jalan. Pasti ribut, pasti ribut, enggak ada pilihan," ujarnya di Balaikota, Jakarta.

Suami Veronica Tan itu tidak gentar dengan perlawanan warga. Ahok justru menantang warga Kampung Pulo.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama kesal karena BPK memintanya untuk mencatat setiap pengeluaran dari uang makan dari negara.

Meski terus mendapat perlawanan, Ahok tetap menggusur warga dari lahan milik negara itu. "Kalau ini enggak mau digusur, mari kita sama-sama dudukin Monas sama Balaikota saja," tegas Ahok.

Ahok lalu menegaskan tidak akan memberikan ganti rugi pada warga. Sebab, sampai saat ini warga tidak bisa menunjukkan sertifikat kepemilikan tanah.

Bahkan, Ahok menawarkan ganti rugi 1,5 kali dari luas tanah warga bila bisa menunjukkan kepemilikan sah atas lahan itu. Rumah susun tanpa bayar sewa bulanan juga telah disediakan tak jauh dari Kampung Pulo.

Tetapi Ahok tak berniat menemui warga di Kampung Pulo, karena dinilai sudah sulit diajak bernegosiasi.

Ia juga mengaku tidak akan memberi toleransi kepada warga Kampung Pulo. Mereka tetap harus meninggalkan rumah walau malam menjelang.

"Mal saja saya tutup kok. Mal kita tutup, kan salah," ujar Ahok.

Langkah Pemprov DKI Jakarta menggusur warga Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur itu dikecam anggota DPRD DKI Jakarta. Sekretaris Komisi A Syarif mengutuk tindakan itu.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menanggapi santai kecaman itu. Dia menilai, dewan hanya mencari "suara" di tengah kisruh ini.

(Tnt/Ron)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya