Ekonomi RI Melambat, Produksi Migas Terancam Turun

Kapasitas pengolahan gas di Prabumulih hanya sekitar 500 MT per hari dari total kapasitas yang dimiliki mencapai 800 MT.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 21 Agu 2015, 09:45 WIB
Sebagai industri yang padat modal dan berisiko tinggi, sektor hulu minyak dan gas bumi sangat membutuhkan iklim investasi yang mendukung.

Liputan6.com, Prabumulih - PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina EP menjadikan Sumatera Selatan, tepatnya di Prabumulih menjadi satu wilayah yang memasok migas terbesar selain di wilayah Cepu.

Namun sayangnya, pelemahan ekonomi Indonesia yang pada kuartal II hanya 4,6 persen, lebih rendah dari kuartal I 2015 sebesar 4,7 persen ternyata mampu mempengaruhi produksi migas secara nasional.

General Manager Extraction Plan PT Perta-Samtan Gas‎, anak usaha Pertamina hasil joint venture dengan perusahaan Korea Selatan, Samtan Corp Ltd, Gong Doo Hoon menjelaskan penurunan produksi itu lebih disebabkan biaya produksi mahal akibat ekonomi melemah tersebut.

"Ekonomi turun, semua aktivitas ekplorasi juga turun, karena biaya produksi lebih tinggi, jadi untuk apa eksplorasi," tegas dia saat berbincang dengan wartawan di Prabumulih, Sumatra Selatan yang ditulis, Jumat (21/8/2015).

Hoon menjelaskan saat ini kapasitas pengolahan gas yang ada di Prabumulih tersebut‎ hanya sekitar 500 Metrik Ton (MT) per hari dari total kapasitas yang dimiliki mencapai 800 MT per hari. Jumlah tersebut menurun jika dibandingkan produksi tahun 2014 yang saat itu mencapai 700 MT per hari.

"Kita maunya produksi banyak, tapi itu karena pasokan juga mengalami penurunan‎," ujar dia.

Perlu diketahui, Perta-Samtan Gas selama ini mendapat pasokan bahan baku gas alam dari PT Pertamina EP. Sementara akibat ekonomi melemah, dan harga minyak dunia turun, perusahaan melakukan beberapa efisiensi dana demi menjaga kelangsungan bisnis perusahaan dan menstabilkan pasokan migas dari wilayah pengelolaannya.

Sementara di kesempatan yang sama, Adiatma Sardjito, Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Gas menjelaskan biasanya kegiatan eksplorasi sebanding dengan pergerakan harga minyak dunia. Artinya jika harga minyak dunia naik, maka kegiatan eksplorasi juga akan mengalami peningkatan, namun begitu juga sebaliknya.

"Kalau di luar negeri bahkan ada yang sampai memberhentikan pekerja, kalau di kita kan cuma efisiensikan anggaran," Adiatma.

‎Seperti diketahui, PT Perta-Samtan Gas‎ merupakan perusahaan yang mengolah dan mendistribusikan gas alam hasil produksi PT Pertamina EP di beberapa wilayah di Sumatra Selatan. Perusahaan ini mulai berproduksi secara komersial sejak 2013. (Yas/Ahm)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya