Liputan6.com, New York - Indeks Standard & Poor 500 mengalami penurunan terbesar sejak Februari 2014 akibat gencarnya aksi ambil untung yang pelaku pasar di tengah kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Dilansir dari Bloomberg, Jumat (21/8/2015), indeks Standard & Poor 500 turun 2,1 persen menjadi 2.035,97. Indeks Dow Jones Industrial Average terkikis 355,97 poin atau 2,1 persen menjadi 16.992,76, level terendah sejak Oktober. Indeks Nasdaq terpangkas 2,8 persen.
Advertisement
Saham media terkoreksi seiring dengan anjloknya saham Walt Disney Co sekitar 6 persen di tengah downgrade analis. Bank of America Corp dan Citigroup Inc merosot lebih dari 2,9 persen, paling tajam di antara bank-bank terbesar.
"Adanya kekhawatiran terhadap pertumbuhan global, rencana kenaikan suku bunga The Fed, hingga harga minyak yang terus merosot semakin menekan pasar saham," kata Larry Peruzzi, direktur perdagangan internasional di Cabrera Capital Markets LLC, Boston.
Aksi China yang sengaja melemahkan mata uangnya dan perlambatan pertumbuhan ekonomi di Negeri Tirai Bambu itu membuat Citigroup memangkas proyeksi pertumbuhan global pada 2016 menjadi 3,1 persen dari sebelumnya 3,3 persen. Sementara perkiraan 2015, ekonomi global diramalkan tumbuh 2,7 persen.
Pertumbuhan yang lebih lambat dapat menyebabkan The Fed menunda kenaikan suku bunga pertama sejak 2006. Risalah pertemuan terakhir bank sentral, yang dirilis kemarin, menunjukkan para pejabat The Fed prihatin tentang rendahnya inflasi di tengah membaiknya pasar tenaga kerja.
Hal ini membuat keyakinan pelaku pasar bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada September 2015 semakin menurun menjadi 34 persen, dari 50 persen sebelum rilis risalah pertemuan The Fed. (Ndw/Gdn)