Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terus tertekan hingga mendekati level 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Sentimen utama pendorong pelemahan rupiah adalah faktor eksternal yaitu devaluasi Yuan dan juga rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed).
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (21/8/2015), nilai tukar rupiah dibuka di level 13.893 per dolar AS. Angka pembukaan tersebut melemah jika dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya yang berada di level 13.885 per dolar AS.
Advertisement
Menanggapi hal tersebut Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menegaskan pemerintah akan lebih giat berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI).
"Kami pemerintah dengan BI makin sering ketemu, bicara bagaimana atasi kondisi ini. Kita tidak diam diri menjaga rupiah," kata dia di Jakarta, Jumat (21/8/2015).
Menurut Bambang, kondisi rupiah memang mengkhawatirkan. Namun, pelemahan ini tidak hanya terjadi pada rupiah. "Pokoknya kalau itu, intinya kita dalam tekanan. Ini bukan hanya rupiah ini berlaku semua mata uang," tuturnya.
Ditanya mengenai perkiraan nilai rupiah ke depan, Bambang mengelak. Dia mengatakan pergerakan rupiah tidak hanya dipengaruhi dari dalam negeri, tapi juga global.
"Tidak ada prediksi, karena rupiah mengikuti pergerakan eksternal," tandas dia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan nilai tukar rupiah melemah merupakan dampak psikologis pasar karena devaluasi mata uang China Yuan. Kondisi tersebut diperparah oleh kondisi politik di Malaysia.
"Sebetulnya situasi kita memang terus terang bukannya ada dana segar luar masuk, malah cenderung keluar. Tekanan itu ditambah psikologi pasar karena persoalan devaluasi Yuan. Kemudian Malaysia ada soal politik itu membuat tekanan tinggi," kata dia di Jakarta, Kamis (20/8/2015).
Maka dari itu, Darmin mengatakan keputusan investasi mesti dilakukan secara cepat untuk meningkatkan nilai tukar rupiah. Seperti pemerintah hari ini akhirnya memutuskan untuk membagi dua proyek Light Rail Transit (LRT) yang selama ini tak menemui titik temu.
"Dalam situasi tak ada pasokan dolar masuk dari luar, maka memang rupiah melemah. Itu sebabnya putusan investasi seperti ini penting untuk cepet buka pintu masuk dolar," ujar Darmin. (Amd/Ndw)