Liputan6.com, Beijing - Sejumlah bus Transjakarta yang melaju di jalanan Ibukota terbakar. Seperti yang terjadi di seberang RS Medistra, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan pada Minggu 8 Maret 2015. Insiden menimpa kendaraan pabrikan Tiongkok bermerek Zhongtong.
Bus Transjakarta merek Yutong juga berkobar di depan Universitas Al-Azhar, Jakarta Selatan pada Kamis 28 Agustus 2014. Kejadian demi kejadian membuat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menolak produk asal Tiongkok. Kapok, kata dia.
Kabar penolakan Gubernur Ahok juga berembus sampai ke Negeri Tiongkok. Beiqi Foton Motor Co., Ltd, salah satu produsen kendaraan China, angkat bicara.
Joe Zhou, Direktur Asia Region Foton mengatakan, ada kesalahpahaman yang menyebar di Indonesia tentang produk Tiongkok: tidak semua produk 'made in China' kualitasnya tak sesuai harapan.
"Anda yang harus beralih, dari membeli barang berkualitas rendah ke produk yang termutakhir dan berkualitas tinggi," kata dia di kantor pusat perusahaan di Beijing, Jumat 21 Agustus 2015.
Advertisement
Pembelian murah tanpa mempertimbangkan kualitas, imbuh dia, tentu saja berpotensi mengecewakan.
"Semua tergantung dari apa yang Anda butuhkan. Spesifikasi apa yang Anda minta," ujar Joe Zhou. "Ingat, China telah menghasilkan banyak produk, yang canggih seperti roket ke angkasa luar, tapi kami juga menghasilkan produk murah seperti sepeda."
Dia menambahkan, armada bus kota di Beijing mayoritas menggunakan produksi perusahaannya. "Dan tak pernah ada masalah," tambah Zhou.
Sementara, Executive Vice President (EVP) Foton, Wan Xujun mengatakan, pihaknya ikut terpukul dengan anggapan tersebut. Padahal, Transjakarta yang terbakar bukan produksi perusahaan mereka.
"Kasus Transjakarta yang terbakar membuat masyarakat Indonesia marah dan kehilangan kepercayaan pada produk China tanpa pandang bulu," kata Wan Xujun.
Dia menambahkan, ada 2 kemungkinan mengapa sampai ada kasus Transjakarta yang terbakar. "Pertama, mungkin itu produk perusahaan yang bukan level 1 (bukan terkemuka). Yang kedua, bus itu mungkin tak bisa beradaptasi dengan lingkungan lokal di mana ia digunakan."
Foton, kata dia, membuka diri bagi siapa pun yang ingin meninjau langsung pabriknya, untuk memastikan kualitas produk yang dihasilkan.
Wan Xujun pun menegaskan, Tiongkok juga menghasilkan produk-produk handal. "Huawei, misalnya."
Pabrik di Indonesia
"Tidak boleh memotret atau merekam," pemandu mewanti-wanti para pengunjung yang memasuki pabrik Foton di pinggiran Beijing. Semua orang, termasuk pegawai, wajib mengenakan kacamata khusus.
Di dalam pabrik yang interiornya mirip hanggar pesawat. Mesin-mesin diproses dengan alur yang teratur.
Pabrik Foton dilengkapi dengan sistem teknologi informasi, misalnya mesin akan terpindai secara otomatis jika melewati sensor tertentu.
Temperatur ruangan juga dijaga sedemikian rupa. Pun dengan udaranya -- yang tetap baik meski atmosfer Beijing sedang tidak kondusif.
Ruangan injeksi bahan bakar bahkan dikondisikan tetap steril, setara dengan kamar operasi bedah. Ada 26 robot oranye yang berbaur di antara para pekerja manusia.
Selain di Beijing, Foton juga mengembangkan basis produksi di wilayah lain di China. Sementara cabang riset dan pengembangan atau R&D didirikan di Jepang, Jerman, India, dan Rusia. Divisi bisnis di luar negeri ditempatkan di 2 negara terakhir.
"Sejak didirikan pada 1996, Foton memproduksi dan menjual hampir 8 juta truk," demikian keterangan dari pihak Foton. Termasuk yang diekspor ke Indonesia.
Selain truk, perusahaan tersebut juga memproduksi sejumlah kendaraan dengan merek Auman, Aumark, View, Toano, Sauvana, Tunland, AUV, dan Loxa -- dari mobil pribadi, SUV, van, hingga kendaraan pemadam kebakaran.
Belakangan, perusahaan memproduksi kendaraan ramah lingkungan termasuk truk, bus, dan MPV. "Hampir 10.000 kendaraan energi baru diproduksi dan dijual."
Ke depan, Foton berencana membangun pabrik yang targetnya menghasilkan 100 ribu truk di 5 negara: Rusia, India, Brasil, Meksiko, dan Indonesia.
"Indonesia adalah 1 dari 5 basis paling penting bagi produksi, serta riset dan pengembangan truk berat dan menengah, truk ringan, dan truk mini untuk menyediakan kebutuhan di level ASEAN. (Ein/Ans)