Liputan6.com, Semarang - Debat budaya calon walikota Semarang yang diakhiri lelang lukisan oleh Dewan Kesenian Semarang (Dekase) pada 12 Agustus 2015, berujung utang. Ini disebabkan 3 calon walikota yang hadir menyatakan akan memberi sumbangan pengembangan seni dan budaya di Semarang. Namun hingga hari ini tak kunjung direalisasi.
Ketua Dekase Mulyo Hadi Purnomo menyatakan, para seniman kesulitan biaya untuk menggelar acara 'Pazaarseni' pada 8 hingga 16 Agustus lalu. Mulyo lantas 'memaksa' 3 calon walikota menyumbang dana untuk membantu menutup kekurangan biaya.
"Kami berharap support dan komitmen. Jujur saya sampaikan, ada yang kami 'paksakan'," kata Mulyo waktu itu.
Mendapat tantangan, 3 calon walikota langsung menanggapi. Calon walikota Soemarmo menyebut angka Rp 25 juta.
"Rp 25 juta, saya bantu Dekase," kata Marmo.
Disusul Sigit Ibnugroho yang dengan enteng menyebut angka 2 kali lipat dari yang disebut Soemarmo.
"Kalau saya pasti tidak sebanyak Pak Hendy (panggilan calon walikota Hendrar Prihadi) yang pernah jadi walikota. Ya kalau Rp 50 juta saya ada," kata Sigit menimpali.
Saat giliran Hendy, ternyata dia tidak langsung memperbanyak nominal dari 2 lawan politiknya. Ia bertanya berapa kekurangan biayanya.
"Saya tanya dulu, siapa tahu cuma kurang Rp 10 juta," kata Hendy.
Seseorang kemudian datang membawa amplop cokelat ke Mulyo. Amplop tersebut berisi hitung-hitungan dana untuk penyelenggaraan acara.
"Ini bukan rekayasa, ini bisa dibuktikan, kekurangannya Rp 60.700.000," kata Mulyo sambil membaca secarik kertas yang dikeluarkan dari amplop coklat.
"Ya wis segitu (Rp 60,7 juta)," kata Hendy.
Dengan angka tersebut, maka lukisan dimenangkan Hendy.
Kalah dalam lelang lukisan, tiba-tiba Soemarmo berkata kepada Mulyo kalau uang Rp 25 juta tetap akan disumbangkan. Senada dengan Soemarmo, Sigit juga mengiyakan uang Rp 50 juta juga tetap disumbangkan meski kalah lelang.
Namun hingga 9 hari berselang, yakni pada 21 Agustus 2015 hanya Hendrar Prihadi yang menepati janji.
"Baru Pak Hendrar yang menepati janji. Pak Marmo dan Pak Sigit, sampai detik ini tak ada komunikasi apa pun. Kami tak dihubungi, namun kami juga tak mau menagih," kata Mulyo Hadi kepada Liputan6.com, Jumat (21/8/2015).
Mulyo menambahkan, pihaknya tidak berniat menagih. Karena dari situ akan terlihat calon yang benar-benar memberi dukungan pengembangan seni budaya.
"Seniman dan anak muda itu harus mandiri dan kreatif. Tak mau tergantung pada siapa pun. Tolong pahami bahwa Dekase tak ada pemasukan Rp 135 juta seperti yang diisukan, namun kami mendapat bantuan Rp 60,7 juta dari Pak Hendrar sebagai konsekuensi memenangkan lelang lukisan," kata Mulyo.
Calon walikota Soemarmo saat dihubungi melalui ponselnya tidak aktif.
Sedangkan calon walikota Sigit Ibnugroho menyebutkan, data miliknya ada di media center. Sigit tak bersedia memberi jawaban mengenai janjinya kepada Dekase.
"Ke media center saja. Silakan berkoordinasi dengan Media Center. Biar diselesaikan di sana," kata Sigit (Ron/Ali).
Advertisement