Data Jadi Biang Kerok Meroketnya Harga Daging Sapi

Data merupakan persoalan utama dalam pengendalian harga daging sapi. Pasalnya, selama ini data pasokan daging tidak valid

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 22 Agu 2015, 13:01 WIB
Sejumlah pedagang daging sapi menyebutkan, kenaikan harga akan terjadi lagi empat hari menjelang Lebaran, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (24/7/2014) (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Nawir Messi mengatakan, data merupakan persoalan utama dalam pengendalian harga daging sapi. Pasalnya, selama ini data pasokan daging masih tak jelas.

Dia mencontohkan, misalnya seorang petani memiliki sapi sebanyak 2 sampai 3 ekor. Kepemilikan sapi tersebut dihitung sebagai pasokan daging sapi masyarakat.

"Angka-angka yang ada, seolah yang di daerah itu industri peternakan. Petani yang punya 2-3 ekor. Mereka melakukan itu sebagai tabungan. Dipotong kalau menikah," katanya, di Jakarta.

Dengan kondisi tersebut, dia mengatakan penurunan pasokan sapi pun tak terelakan. "Itu dihitung sebagai pasokan. Alhasil di Idul Firtri semua menjerit, sapi perah pun dipotong," tuturnya.

Sejalan dengan itu, keinginan pemerintah untuk swasembada dengan mengurangi impor secara drastis membuat harga daging sapi terkerek naik. Padahal, produksi dalam negeri sendiri belum mencukupi.

Hal itu ditambah pula dengan belum menunjangnya pendukung industri peternakan seperti industri pakan dan bibit.

"Kalau mau swasembada kita benahi industri pendukungnya. Saya kira tak hanya peternakan," tandasnya. (Amd/Ndw)

X

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya