Ketua MPR: 17 Tahun Reformasi, NKRI Kehilangan Konsep Kebangsaan

Zulkifli mengatakan, perbedaan merupakan rahmat dari Tuhan dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

oleh Ajang Nurdin diperbarui 22 Agu 2015, 16:34 WIB
Ketua MPR Zulkifli Hasan memberi kata sambutan pada peringatan Hari Konstitusi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (18/8/2015). Acara tersebut juga dihadiri Wapres Jusuf Kalla. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Batam - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan membuka Kongres Pemuda Katolik ke-XVI di Batam, Kepulauan Riau. Dia berpesan nilai-nilai persatuan dan kesatuan tetap ditanamkan jangan sampai luntur ditelan zaman.

"Negara Indonesia yang didirikan oleh para pendiri bangsa terdiri dari kesatuan, bukan serikat yang mana di dalamnya tak boleh tertinggal," ucap Zulkifli saat membuka kongres di Pasifik Hotel Batam, Sabtu (22/8/2015).

Menurut dia, perbedaan merupakan rahmat dari Tuhan dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perbedaan tidak mesti berbeda, melainkan menjadi satu, yang tertera dalam identitas negara Indonesia, Bhineka Tunggal Ika.

Zulkifli mengatakan, dalam NKRI, tidak ada suku tidak ada agama. Semua bebas menjadi apa pun.

Dia mengatakan, dalam usia NKRI yang memasuki usia 70 tahun dan 17 tahun masa reformasi, Indonesia telah kehilangan konsep kebangsaan seperti tertuang dalam Pancasila sila ke-4.

"Kalau ini tidak digunakan, akan hilang rasa kesetiaan terhadap ideologi negara, akan hancur budaya timur. Ini yang perlu kita perhatikan bersama agar kita kembali kepada jati diri bangsa Indonesia sesuai apa yang di cita-citakan pendiri banga," ujar dia.

Ketua Umum PAN ini juga mengatakan, dalam 17 tahun reformasi, sudah berapa kali terjadi perubahan amandemen Undang-Undang Dasar (UUD). Sehingga dengan perjalanannya, lambat laun terkikis jati diri budaya bangsa, sifat gotong royong, musyawarah melalui perwakilan. Kemudian timbul power sharing, negara terkesan berkotak-kotak, saling beradu kekuatan.

"Yang kita butuhkan bukan persaingan antarlembaga institusi negara, melainkan responsibility, memiliki rasa tanggung jawab bersama terhadap bangsa ini," kata Zulkifli.

Dia berharap Kongres Pemuda Katolik ini melahirkan intelektual-intelektual yang memiliki rasa tanggung jawab bersama terhadap bangsa ini. (Mvi/Ado)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya