Rupiah Tembus 14.071 per Dolar AS, Pelemahannya Tak Terbendung

Nilai tukar rupiah bergerak di kisaran 13.977-14.053 per dolar Amerika Serikat di awal pekan ini.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 24 Agu 2015, 09:29 WIB
Petugas memperlihatkan uang pecahan US$100 di penukaran uang, Jakarta, Rabu (12/8/2015). Reshuffle kabinet pemerintahan Jokowi-JK, nilai Rupiah terahadap Dollar AS hingga siang ini menembus Rp 13.849. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Mengawali pekan ini, nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kekhawatiran pelaku pasar terhadap devaluasi Yuan atau pelemahan mata uang China akan diikuti dengan bank sentral negara lainnya memberikan sentimen negatif ke nilai tukar rupiah.

Berdasarkan data RTI pukul 09.10 waktu Jakarta, nilai tukar rupiah berada di kisaran 14.071 per dolar AS. Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 36 poin menjadi Rp 13.977 per dolar AS dari penutupan perdagangan Jumat 21 Agustus di kisaran 13.941 per dolar AS. Pagi ini, rupiah sempat tembus di kisaran 14.031 per dolar Amerika Serikat. Kini rupiah bergerak di kisaran 13.977-14.053 per dolar AS.

Kepala Riset PT Monex Investindo Ariston Tjendra menuturkan rupiah tembus 14.000 per dolar AS karena kekhawatiran pelaku pasar kalau bank sentral negara lain akan mengikuti langkah China untuk melemahkan mata uangnya. Hal itu memicu perang mata uang di pasar keuangan. "Ini dikhawatirkan bank sentral akan ikut melemahkan mata uang," ujar Ariston saat dihubungi Liputan6.com, Senin (24/8/2015).

Ia menambahkan, kekhawatiran itu membuat pelaku pasar menarik diri dari emerging market atau pasar negara berkembang yang termasuk pasar berisiko. Ariston memprediksi, rupiah masih memasuki tren penurunan. "Saat ini belum ada penguatan rupiah dari segi fundamental," kata Ariston.

Karena itu, ia mengharapkan Bank Indonesia dapat bergerak cepat untuk intervensi. Hal itu dilakukan agar dapat menahan pelemahan rupiah. Sedangkan kalau sisi kebijakan fiskal masih membutuhkan waktu untuk memulihkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (Ndw/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya