'Pahlawan' Amerika Selamatkan Penumpang Kereta Cepat Prancis

"Lebih baik mati karena melawan, dari pada mati di sudut, ketakutan," tutur salah satu 'pahlawan' penyelamat kereta cepat eksekutif.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 24 Agu 2015, 10:42 WIB
Polisi menjaga stasiun (NYDailynews)

Liputan6.com, Paris - Saat itu pukul 17.45 sore waktu Paris, sebuah hari normal di kereta cepat Thalys yang melayani rute Paris-Amsterdam dan Brussels. Kereta eksekutif ini biasa mengantar para diplomat, pebisnis, dan turis.

Setelah satu jam meninggalkan Paris, salah seorang penumpang, Mark Moogalian keluar dari bilik kamar kecil menuju kursinya. Saat itulah ia melihat seorang pria dengan AK47 bersiap menghujani penumpang dengan peluru.

Salah seorang penumpang mencoba menghentikan langkah si penembak namun gagal, ia terjatuh. Nekat, Mark melompat lalu mencoba merebut senjata itu dan berhasil. Namun, ia tak mengira pelaku yang diidentifikasi sebagai Ayoub El Khazzani masih mempunyai pistol lain.

Pria asal Maroko ini berhasil menembak Mark di punggung dan menembus paru-parunya. Namun pemuda berusia 25 tahun itu terus berupaya merebut kembali Ak47 milik si penembak dan mencoba memicu pelatuknya.

Hanya satu peluru yang berhasil ia lontarkan, karena senjata semi otomatis itu macet. Namun peluru meleset mengenai kaca, dan melukai seorang penumpang.

Pelaku penembakan (BBC)

Di kompartemen lainnya, prajurit AU AS yang sedang menikmati hari liburnya dengan berjalan-jalan keliling Eropa, Spencer Stone terbangun dari tidurnya saat mendengar suara tembakan. Bersama dua temannya, Alex Skarlatos -- yang merupakan prajurit National Guard AS -- dan Anthony Sadler mendatangi lokasi keributan.

Dengan insting prajurit, mereka bangkit dan mencoba menghentikan serangan itu.

"Ayo!" teriak Spencer yang baru saja pulang tugas dari Afghanistan meminta kedua temannya untuk merobohkan pelaku penembakan. Ketiganya pun berhasil merebut senjata dan melumpuhkan pelaku.

"Kupikir, adrenalin juga yang memacu kami untuk melakukan itu," kata Skarlatos seperti dikutip dari NYTimes Senin (24/8/2015). 

Aksi kepahlawanan mereka ini berhasil menyelamatkan 500 penumpang, seperti dalam pernyataan otoritas Prancis.

Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve mengidentifikasi pelaku Ayoub sebagai jaringan anggota militan. Sementara otoritas Spanyol memasukkan Ayoub sebagai salah satu orang yang wajib dimonitor dari tahun 2014.

Namun, pengacara Ayoub membantah kliennya seorang teroris dan anggota gerakan radikal. Menurutnya, Ayoub kelaparan. Ia mencuri senjata dan pistol untuk merampok penumpang. Ayoub juga digambarkan sebagai pria kurus dan kurang gizi.

Presiden Prancis Francois Hollande kemudian memberikan penghargaan kepada 5 "pahlawan" yakni Mark Moogalian, Spencer Stone, Alex Skarlatos, Anthony Sadler serta satu penumpang berwarga negara Prancis lainnya penghargaan tertinggi di sana.

Di belahan dunia lain, Presiden AS Barrack Obama pun memuji warganya atas keberanian dan ketepatan aksi mereka.

"Aku pikir, lebih baik mati untuk melawan daripada mati di sudut, ketakutan," kata Norman yang mengikuti ajakan Stone dan Skarlatos untuk melumpuhkan pelaku. "Spencer orangnya kuat sekali. Ia berhasil melumpuhkan pria itu," tambahnya.

Spencer Stone mengalami patah jempol dan luka sabetan pisau milik pelaku. Namun, prajurit AS ini masih bisa menolong Mark Moogalian menghentikan pendarahannya. Kini, Mark yang juga warga AS, dirawat di rumah sakit di Paris. 

ketiga pahlawan amerika (NY Times)

Keamanan Prancis mendapat sorotan semenjak Januari 2015 ketika sekelompok radikal membunuh 17 orang, atas serangan terhadap kantor Charlie Hebdo dan sebuah supermarket Yahudi. (Rie/Tnt)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya