Liputan6.com, Jakarta - Untuk pertama kalinya sejak 2009, harga minyak jenis WTI anjlok menyentuh level di bawah US$ 40 per barel pada akhir pekan lalu. Hal itu disebabkan adanya kelebihan pasokan minyak di Amerika Serikat (AS) dan lemahnya data manufaktur China.
Menanggapi kondisi tersebut, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) berencana menggelar pertemuan darurat guna membahas penurunan harga.
Advertisement
Menteri perminyakan Iran, Bijan Zanganeh menilai pertemuan darurat OPEC kemungkinan akan efektif untuk menstabilkan harga minyak. "Iran mendukung pertemuan darurat OPEC, dan tidak akan setuju dengan hal itu," kata Zanganeh diansir dari Reuters, Senin (24/8/2015).
Aljazair mengatakan awal bulan ini OPEC dapat mengadakan pertemuan darurat untuk membahas penurunan harga minyak, namun delegasi OPEC lainnya mengatakan belum ada rencana pertemuan.
Pertemuan mungkin terjadi jika setidaknya didukung 12 anggota OPEC, akan tetapi beberapa delegasi OPEC mengatakan, pertemuan itu tidak mungkin terjadi kecuali didukung oleh Arab Saudi.
Sebelumnya, pada tahun lalu Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya mendukung perubahan strategi OPEC untuk mempertahankan pangsa pasar daripada menurunkan produksi dan menguatkan harga minyak.
Rendahnya harga minyak mampu diatasi oleh Arab Saudi dan negara teluk lainya, sebab negara tersebut relatif lebih kaya, dibandingkan anggota lainnya seperti Iran, Venezuela dan negara dari Afrika.
Delegasi OPEC melihat kecil kemungkinan untuk manaikkan harga minyak, meskipun anjloknya harga mulai terasa bagi perekonomian Arab Saudi sendiri. (Ilh/Ndw)
sumber : reuters