Kemarau Panjang, Warga Ngawi Konsumsi Air Keruh dan Berlumut

Agar bisa dikonsumsi, air keruh dan berlumut disaring sebelum digunakan.

oleh Liputan6 diperbarui 24 Agu 2015, 13:45 WIB
Sejauh mata memandang, telaga seluas puluhan hektare itu kini bak lapangan hijau.

Liputan6.com, Tasikmalaya - Sudah 4 bulan terakhir warga Pangluyang, Cipedes, Tasikmalaya, Jawa Barat, kesulitan mendapatkan air bersih. Sumur yang mereka andalkan untuk mendapatkan air telah mengering.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Senin (24/8/2015), untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka membeli air isi ulang untuk masak dan minum. Sementara untuk mandi dan mencuci, warga menggunakan air irigasi yang tak layak.

Kemarau membuat air irigasi mengering dan dipenuhi sampah. Meski airnya sudah tak layak, warga tetap menggunakan air irigasi yang mereka kumpulkan di sebuah kubangan. Kondisi seperti ini sudah mereka lakukan selama musim kemarau.

Sementara warga Desa Cantel, Pitu, Ngawi, Jawa Timur, harus berjalan sepanjang kurang lebih 2 kilometer menuju sungai untuk mendapatkan air.

Perjalanan menuju sungai tidaklah mudah. Warga harus melewati jalan setapak, berbatu serta menyusuri tebing. Jika beruntung, warga bisa mendapat air bersih di lubang-lubang yang sudah mereka buat di dasar sungai yang mengering.

Namun jika tidak, warga terpaksa mengambil air sungai keruh dan berlumut. Agar bisa dikonsumsi, air kotor disaring sebelum digunakan. Meski kotor, namun warga tetap mengkonsumis air yang mereka kumpulkan dari sungai.

Kekeringan di Ngawi semakin meluas. Selain di Desa Cantel, warga di 3 kecamatan lainnya, yakni Kecamatan Bringin, Padas dan Karanganyar, juga mengalami kekeringan. (Dan/Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya