Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu berbalik arah ke zona hijau pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Bahkan gerak IHSG ini melawan arah dengan bursa saham Asia dan global cenderung tertekan.
Pada pra pembukaan perdagangan saham, Selasa (25/8/2015), IHSG menguat 18,48 poin (0,44 persen) ke level 4.182,21. Indeks saham LQ45 mendaki 0,68 persen ke level 696,93. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat pada sesi awal perdagangan saham. Akan tetapi, nilai tukar rupiah masih berkutat di level 14.058 per dolar AS pada pukul 08.30 WIB.
Advertisement
Pada pembukaan pukul 09.00 WIB, IHSG menguat 48,66 poin (1,17 persen) ke level 4.212,34. Indeks saham LQ45 menguat 1,76 persen ke level 704,72.
Ada sebanyak 65 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Akan tetapi, 44 saham melemah. Sedangkan 41 saham lainnya diam di tempat. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 7.554 kali dengan volume perdagangan saham sekitar 123,91 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 257,28 miliar.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham tambang turun 0,39 persen. Sektor saham industri dasar naik 2,47 persen, dan memimpin penguatan sektor saham. Lalu disusul sektor saham keuangan menguat 2 persen, dan sektor saham aneka industri menanjak 1,89 persen.
Berdasarkan data RTI, investor asing masih melakukan aksi jual bersih sekitar Rp 44 miliar. Sedangkan pemodal lokal melakukan aksi beli sekitar Rp 30 miliar.
Penguatan indeks saham ini seperti ditopang penguatan saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Saham BBNI naik 7,15 persen ke level Rp 4.420, saham BMRI mendaki 3,06 persen ke level Rp 8.425 per saham, dan saham BBRI menanjak 3,83 persen ke level Rp 9.500 per saham. Saham PGAS naik 3,13 persen ke level Rp 2.970 per saham, saham BBTN menguat 3,7 persen ke level Rp 980, dan saham SMGR mendaki 3,13 persen ke level Rp 7.425 per saham.
Sedangkan saham-saham menekan indeks saham antara lain saham AISA turun 1,27 persen ke level Rp 1.555 per saham, saham INCO tergelincir 1,15 persen ke level Rp 1.295 per saham, dan saham AKRA melemah 1,34 persen ke level Rp 5.525 per saham.
Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan tekanan jual diperkirakan kembali mendominasi perdagangan menyusul meningkatnya kekhawatiran berlanjutnya pelemahan rupiah atas dolar AS. Hal itu ditambah harga komoditas kembali merosot.
Namun di akhir sesi diperkirakan membaik terutama apabila pemerintah merealisasikan rencana buyback saham sejumlah BUMN untuk meredam kepanikan di pasar. "IHSG akan bergerak di support 4.010 dan resistance 4.250," ujar David dalam ulasannya. (Ahm/Gdn)