Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah menembus 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) dinilai dapat memperparah kondisi ekonomi Indonesia.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengatakan kondisi kurs rupiah yang terus melemah sejak awal tahun sudah memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi kuartal I dan II 2015. Hal itu dikhawatirkan akan semakin parah pada jelang akhir semester II 2015.
Advertisement
"Di depan mata kita sendiri, saya sudah komunikasi seperti di Pasar Tanah Abang, omzet mereka turun 50 persen waktu Lebaran kemarin. Pakaian yang distok menumpuk sekarang," ujar Sarman saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Selasa (25/8/2015).
Menurut Sarman, dengan rupiah yang menembus angka 14.000 per dolar AS, industri yang masih mengandalkan bahan baku impor jadi sektor usaha yang paling terpukul. Meski memiliki tujuan ekspor, namun hal tersebut dinilai tak mampu mengatasi lonjakan biaya produksi akibat kurs.
"Ini sangat pengaruh pada bahan baku impor. Mau tidak mau biaya mereka naik," lanjutnya.
Dengan kondisi seperti ini, pemerintah harus mencari cara yang efektif untuk kembali menggairahkan sektor usaha. Pemerintah, lanjut Sarman, harus mendorong percepatan proyek infrastruktur dan penyerapan anggaran pada sisa tahun ini. Dengan demikian daya beli masyarakat dan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia akan meningkat.
"Yang paling parah penyerapan anggaran pusat daerah yang sangat lambat, ini sumbangsihnya besar pada ekonomi. Kalau infrastruktur dibangun, produk seperti semen misalnya, akan terserap dari pabrik, pabrik akan kembali berjalan. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat tetapi juga pemerintah daerah," ujar Sarman.
Untuk diketahui, dalam kurs JISDOR, Senin 24 Agustus 2015, rupiah berada di kisaran 13.998 per dolar AS. Dolar AS makin menguat terhadap rupiah. Dengan naik 103 poin dari level rupiah 13.895 per dolar AS pada Jumat 21 Agustus 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada Senin 24 Agustus 2015.
Nilai tukar rupiah sudah mengalami depresiasi sekitar 12,21 persen dari 12.474 pada awal tahun 2015 menjadi 13.998 per dolar AS pada awal pekan ini. (Dny/Ahm)