Liputan6.com, London Dunia gempar saat John Lennon tewas ditembak oleh penggemarnya sendiri di New york, Amerika Serikat 1980 silam. Selain berduka, rekan satu bandnya, Paul McCartney pun sempat merasa paranoid, takut nyawanya akan berakhir sama dengan John.
Advertisement
"Terasa aneh karena hari-hari setelahnya saya duduk di rumah. Kami punya pagar pembatas untuk mengusir rubah karena kami memelihara ayam. Saya sangat waspada akan keamanan, sangat waspada dan saya lihat ada seseorang di luar dengan sebuah senjata, sebuah senjata mesin, senjata tempur - Apa? Dia dengan perlengkapan militer penuh lalu saya lihat ada sepasukan. Saya seperti, 'Ya Tuhan, apa yang terjadi?'," ujarnya seperti dilansir NME, Senin (24/8/2015).
Baca juga: Paul McCartney Hanya Menangis Saat Mabuk
"Saya tak tahu apa yang saya lakukan. Sepertinya saya menelpon polisi dan ternyata itu adalah iring-iringan militer," lanjutnya.
Paul McCartney juga mengungkapkan kalau dirinya sempat merasa 'frustasi' dengan perubahan persepsi publik setelah kematian John Lennon. Ujarnya, John Lennon menjadi layaknya dewa setelah tewas tertembak dan seakan The Beatles hanyalah suami Yoko Ono tersebut saja.
"Pasca The Beatles George membuat rekaman, John juga, Saya, Ringgo juga. Kami semua setara. Saat John tertembak, di luar tragedi mengerikan tersebut, yang mengganggu adalah tiba-tiba John menjadi martir, seorang JFK.. Yang terjadi adalah, saya mulai merasa frustasi karena orang mulai berkata 'Dia adalah The Beatles'. Saya, George, dan saya merasa, ' Tunggu dulu, setahun lalu kita semua masih setara'," kata Paul McCartney.(Gul/Feb)