Liputan6.com, Dresden - Dua malam berturut-turut pada akhir pekan lalu, kekerasan terhadap rumah migran terjadi di Dresden, Jerman timur. Para demonstran kelompok sayap kanan neo-Nazi ini semakin menunjukkan ketidaksukaan mereka terhadap keputusan pemerintah Jerman, sebagai negara Uni Eropa paling banyak menerima imigran.
Polisi terpaksa menggunakan serangan balasan berupa gas air mata dan peluru karet kepada kelompok tersebut.
Advertisement
Jerman akan menerima 8 ribu pengungsi dari berbagai negara yang berkonflik di negaranya, termasuk Suriah, Yaman dan Balkan di tahun 2015. Penerimaan pencari suaka ini adalah yang terbesar semenjak pecahnya Perang Dunia II.
Polisi di Kota Heidanau, Dresden terpaksa menutup paksa shelter yang akan digunakan sebagai penampungan para migran. Hal ini terpaksa dilakukan setelah para pendemo mencoba menyerang calon rumah bagi imigran itu, dan melempari polisi dengan batu, botol beling, petasan hingga bom molotov.
Rencananya, rumah penampungan ini akan dibuka pada Senin 24 Agustus.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengutuk kekerasan yang terjadi di calon shelter bagi para pencari suaka itu. Ia menyebut perilaku penyerang memalukan dan menjijikkan. Atas insiden ini 31 polisi terluka, seperti dikutip dari BBC Senin, 24 Agustus 2015.
Dalam Facebook neo-Nazi, disebutkan bahwa "Nazi malu dengan Heidenau". Hal ini membuat sebagian besar warga Jerman terkejut. Karena menurut poling terakhir, 93 persen warga Jerman setuju memberikan perlindungan bagi pencari suaka. Sementara 76 persen lainnya takut dengan serangan terhadap rumah-rumah penampungan.
Pemandangan berbeda terlihat di seluruh negeri, orang-orang Jerman lainnya mulai bersiap menyambut para pencari suaka. Toko-toko baju bekas diperbanyak, begitu pun penjual mainan yang "menjamur" demi para imigran.
Sejauh ini, sudah ada 300 pencari suaka tiba di Reception Center di Berlin.
Menteri Dalam Negeri Jerman, Thomas de Meiziere berjanji akan "menggunakan kekuatan hukum" bagi siapa pun yang menolak pencari suaka.
Walikota Heidenau meminta 16 ribu warganya untuk menunjukkan solidaritas kepada para imigran.
"Kemanusiaan itu perlu. Tidak ada orang yang mau berkorban segalanya seperti para pencari suaka ini," kata Opitz seperti dikutip dari Guardian.
Kelompok sayap kanan (neo-Nazi) ini telah memulai kampanye "tolak kamp pencari suaka di lingkunganku", memaksa orang-orang melaporkan lokasi shelter di Facebook mereka. Google pun segera beraksi, dengan menghapus detil lokasi untuk menghindari penyerangan.
Namun, beberapa shelter berhasil diketahui lokasinya. Salah satunya berada di kota Freital.
Salah satu alasan Jerman membuka kesempatan para migran ke negaranya adalah ketidakstabilan demografi. Jerman adalah negara dengan angka kelahiran paling rendah di seluruh dunia, butuh 533 ribu pendatang tiap tahunnya untuk mencapai keseimbangan antara kelahiran, kematian, dan usia lanjut.
(Rie/Tnt)