Liputan6.com, Jakarta - Prospek dan pengembangan industri plastik di Indonesia masih terbuka lebar. Pasalnya industri ini merupakan salah satu sektor penting yang memiliki variasi produk beragam.
Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Sumber Daya Industri, Dyah Winarni Poedjiwati mengatakan, hal lain yang bisa menjadi pendorong pengembangannya industri plastik nasional adalah industri ini juga memiliki keterkaitan dengan industri lainnya, seperti industri kemasan untuk makanan dan kosmetik, elektronik, serta otomotif.
"Bahkan tingkat konsumsi industri plastik, khususnya produk plastik hilir, cukup tinggi mengingat besarnya pasar dalam negeri," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (25/8/2015).
Dyah menjelaskan, saat ini lebih dari 30 ribu tenaga kerja terserap di industri plastik nasional dengan total produksi mencapai 4,68 juta ton. Sementara itu, permintaan produk plastik nasional mencapai 4,6 juta ton dan meningkat secara konsisten sebesar 5 persen dalam lima tahun terakhir.
"Namun kita sadari bersama, dalam pengembangan industri plastik, masih ada ketergantungan terhadap bahan baku plastik impor," kata dia.
Dalam upaya peningkatan daya saing industri plastik nasional, Kementerian Perindustrian terus memberikan dukungan dan mendorong pertumbuhan industrinya melalui kerjasama antar stakeholders, menciptakan iklim usaha yang kondusif, penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI), fasilitasi promosi dan investasi, penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), serta penguatan research and development (R&D).
Dyah mengharapkan, upaya-upaya tersebut mampu menjadikan produk plastik dalam negeri menjadi tuan rumah di negeri sendiri bahkan bisa bersaing di pasar internasional.
"Diharapkan produsen bahan baku plastik dalam negeri mampu mencukupi baik dari segi kuantitas maupun spesifikasi produk," tandasnya. (Dny/Gdn)
Industri Plastik Masih Bergantung Bahan Baku Impor
Saat ini lebih dari 30 ribu tenaga kerja terserap di industri plastik nasional dengan total produksi mencapai 4,68 juta ton.
diperbarui 25 Agu 2015, 18:33 WIBItu karena penurunan harga minyak dunia juga diiringi dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Wuling Cloud EV Jadi Kendaraan Operasional Pemprov Jawa Barat
Cara Membuat Kering Tempe yang Renyah dan Tahan Lama
Harga Kripto Hari Ini 28 Desember 2024: Bitcoin hingga Solana Bertahan di Zona Hijau
Apa Itu Sampel Jenuh: Pengertian, Teknik, dan Penerapannya dalam Penelitian
Studi: Jerman Butuh 288.000 Pekerja Asing Setiap Tahun hingga 2040
Cara Memutihkan Ketiak yang Efektif dan Aman, Bantu Tampil Percaya Diri
Penuh Kasih Sayang, 4 Zodiak Ini Paling Perhatian Saat Pasangannya Sakit
Cara Merontokan Karang Gigi dengan Aman, Ketahui Pula Penyebabnya
AirAsia Dituduh Pakai Mural Viral di Penang Sebagai Corak Pesawat Tanpa Izin
Bikin Real Madrid Keok di Liga Champion, Liverpool Masuk Klub Paling Berharga di Dunia
Cara Membuat Kentang Goreng Renyah dan Tahan Lama, Mudah Dipraktikkan
Mengapa Milenial Selalu Bokek? Ini 5 Kebiasaan yang Jadi Penyebabnya