Rizal Ramli: China-Jepang Rebutan Bangun Kereta Cepat di RI

Pakai kereta super cepat, jarak Jakarta-Bandung bisa ditempuh 36 menit.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 26 Agu 2015, 14:44 WIB
Kereta cepat yang dikelola China Railway Corporation. (Liputan6.com/Isna Setyanova)

Liputan6.com, Jakarta - Megaproyek kereta cepat (High Speed Railways/HSR) alias Shinkansen rute Jakarta-Bandung tengah menjadi rebutan Jepang dan China. Pejabat kedua negara tersebut kian hari kian sibuk lobi-lobi pemerintah Indonesia untuk bisa memenangkan persaingan membangun kereta api tersebut.

Setelah 10 Juli lalu menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan menteri-menteri terkait, Penasehat atau Utusan Khusus Perdana Menteri Jepang, Hiroto Izumi kembali mendatangi Jokowi di Kantor Presiden pada pukul 14.30 WIB.

Namun sebelumnya, Hiroto didampingi tim dari JICA (Japan International Cooperation Agency), JBIC (Japan Bank for International Cooperation) dan delegasi dari Kedutaan Besar Jepang menemui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli di kantor Kemenko Kemaritiman pada pukul 10.30 WIB.

Menteri Rizal Ramli menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia dan Jepang membahas tentang proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 200 Kilometer (Km). Dengan moda transportasi tersebut, Jakarta-Bandung hanya akan memakan waktu 36 menit.

"Ada kompetisi sangat ketat sekali antara Jepang dan China untuk menggolkan proyek ini. China dan Jepang sama-sama ingin mendapatkan proyek kereta cepat," tegas dia saat Konferensi Pers.

Rizal mengibaratkan Indonesia sebagai 'gadis cantik' yang sedang diperebutkan dua pemuda yakni China dan Jepang. Kedua pihak tentu akan memberikan penawaran menarik bagi Indonesia untuk membangun Shinkansen.   

"Kalau Indonesia senang saja sih ada kompetisi. Tapi kita adu lah, siapa yang paling menguntungkan buat Indonesia," ujarnya.

Namun dia memastikan bahwa pemerintah akan memproses kompetisi tersebut secara adil, transparan dan terbuka, sehingga seluruh rakyat Indonesia memperoleh manfaat dari megaproyek yang ditaksir menelan investasi sekira Rp 60 triliun itu.

"Kami ingin proses kompetisi yang fair, transparan dan terbuka agar Indonesia bisa mendapatkan manfaat semaksimum mungkin," tandas Rizal. (Fik/Ndw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya