Liputan6.com, Surabaya - PT Pertamina (Persero) menyatakan sedang mengkaji perubahan harga jual bahan bakar minyak (BBM). Lantaran dua komponen pembentuk harga BBM berubah cukup besar.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto mengatakan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi pertimbangan harga jual BBM.
Advertisement
"Dengan pendapatan rupiah, tetapi beli dolar ada tekanan di situ. Penurunan harga minyak yang terjadi, kita mendapat tekanan di kurs. Harga jual terpaksa coba valuasi lagi," kata dia di Surabaya, Rabu (26/8/2015).
Nilai tukar rupiah terus mengalami gejolak. Bahkan menembus level 14.000 per dolar AS. Melihat data kurs tengah BI, depresiasi rupiah melemah 12,77 persen menjadi 14.067 pada 25 Agustus 2015.
Sebaliknya, harga minyak dunia justru tertekan. Mengutip Wall Street Journal, Rabu pekan ini, minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman Oktober seharga US$ 39,31 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan minyak jenis Brent yang merupakan patokan untuk penjualan global sebesar US$ 43,21 per barel di ICE Futures Europe.
"Kita tidak bisa lihat bahwa dengan dolar dan harga minyak internasional turun kemudian otomatis bisa turunkan karena kalkulasi dengan kurs seperti itu," tambah Dwi.
Dia juga mengatakan, perubahan harga BBM Pertamina juga mempertimbangkan kerugian yang diterima selama ini. "Juga beban Pertamina selama beberapa bulan sebelumnya tentu patut diperhitungkan. Saya kira begitu," ujar dia.