Liputan6.com, Jakarta - Saat ini sebagian besar negara berkembang di dunia tengah mengalami pelemahan nilai tukarnya. Hal itu lantaran fenomena super dolar Amerika Serikat (AS) seiring perbaikan ekonomi AS.
Vice President Research & Analysis Asia Securities, Nico Omer mengungkapkan fenomena super dolar AS tersebut tidak akan bertahan lama. Dia memperkirakan akan terjadi pelemahan dolar saat AS melakukan stimulus tambahan dalam bentuk pencetakan uang (QE4).
Advertisement
"Kenapa mereka akan begitu? Jangan kaget, karena Amerika Serikat sebentar lagi akan masuk ke resesi berikutnya dan pasar sekarang kelihatannya sudah mendiscounter pasar saham yang anjlok kemarin," kata Omer di Jakarta, Rabu (26/8/2015).
Dengan ada resesi tahap berikutnya itu, lanjut Omer, Bank Sentral AS (The Federal Reserve) akan kembali khawatir dengan koreksi bursa saham itu dan pada akhirnya melonggarkan kebijakan moneternya kembali dalam bentuk QE4. "Oleh karena itu, pada akhirnya dolar AS akan melemah kembali, dan rupiah akan menguat, jadi jangan terlalu khawatir," ujar Omer.
Omer menilai, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS yang terjadi saat ini adalah hal wajar. Itu lebih dikarenakan semua mata uang di dunia yang bersinggungan dengan dolar AS juga melemah.
Bahkan jika dibandingkan dengan beberapa negara kawasan atau negara berkembang lainnya, pelemahan nilai tukar mata uang rupiah paling minim.
"Jadi tidak ada panik sama sekali di mana misalnya rupiah melemah Rp 200-Rp 500 per dolar, tidak ada, itu masih sangat pelan, dan juga seiring pelemahan mata uang lain di Asia," ujar Omer.
Dia melanjutkan, Indonesia juga tidak bisa membiarkan rupiah menguat sendiri sementara mata uang lainnya di Asia melemah. Sebab itu justru akan membahayakan untuk Indonesia dan membuat barang Indonesia tidak lagi kompetitif.
"Masa yang lain melemah di Asia, kita sendiri menguat. Itu salah menurut saya, jadi biarkan pasar berjalan sendiri, kalau melemah ya melemah," kata dia.
Melihat data kurs tengah BI, depresiasi rupiah sudah susut 12,77 persen menjadi 14.067 pada 25 Agustus 2015. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 28 poin dari 14.054 per dolar AS pada Selasa 25 Agustus 2015 menjadi 14.082 per dolar pada 26 Agustus 2015. Rupiah bergerak di kisaran 14.074-14.195 per dolar AS. (Yas/Ahm)