Sering Ditertawakan, tapi Keberuntungan Kerap Menghampiri Syaiton

Menurut Saiton, muridnya sering tertawa saat pertama mendengar namanya. Bahkan, tak jarang murid-muridnya menulis namanya menjadi Syaiton.

oleh Nefri Inge diperbarui 27 Agu 2015, 08:10 WIB
Warga bernama Saiton diwisuda di Palembang, Sumatera Selatan. (Liputan6.com/Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Walau namanya sering dikonotasikan sebagai hal buruk, namun ternyata Syaiton atau Saiton (39), mampu membuktikan bahwa nasibnya tidak seburuk namanya.

Warga Perumahan Taman Mekarsari Blok D2 Desa sugirawas Kelurahan Talang Jambi Kecamatan Sukarami Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) itu merupakan lulusan pascasarjana bergelar Magister Managemen. Hebatnya, dia berhasil menamatkan kuliah dengan program beasiswa.

"SD hingga SMA saya di Banyuasin. Tahun 1997 saya hijrah ke Palembang dan ambil pendidikan Diploma 1 (D1) di Lembaga Pendidikan Hustek Palembang. Melanjutkan Dipmola III (D3) di Akademi Sains Teknologi Palembang. Tahun 2004, saya mendapat beasiswa melanjutkan Strata-1 (S1) jurusan Managemen di STIA Satya Negara Palembang," ujar bapak 4 anak ini kepada Liputan6.com, Kamis (27/8/2015).

Beasiswa tidak hanya diterimanya saat kuliah sarjana. Pada 2007, Saiton kembali meraih beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke program pascasarjana (S2) jurusan Magister Managemen di Stisipol Candradimuka Palembang.

Keberuntungan pun terus menghampiri Saiton. Setelah tamat kuliah, dia langsung diterima bekerja sebagai pengajar di dua SMA swasta yaitu SMA Bistek dan SMA Sains dan Teknologi Palembang. Bahkan ia ditunjuk sebagai Wakil Kepala Sekolah di SMA Bistek.

Menurut Saiton, muridnya sering tertawa saat pertama mendengar namanya. Bahkan, tak jarang murid-muridnya menulis namanya menjadi Syaiton. Namun, Saiton tidak pernah marah atau tersinggung. Dia bahkan sangat akrab dengan murid-muridnya.

"Biasanya kalau awal kenal memang banyak yang tertawa atau juga kaget. Murid saya saja tertawa mendengarnya. Namun selama saya mengajar, dengan siswa sangat dekat tapi ada batas. Di awal pembelajaran saya sering beri pembinaan dulu, sehingga murid merasa tidak bosan saat saya masuk kelas," papar Saiton. (Sun/Tnt)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya