Liputan6.com, Yogyakarta - Menurunnya ekonomi dunia dengan melemahnya rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat berimbas pada pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia.
Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengatakan, kondisi melemahnya ekonomi dunia itu dapat berpengaruh pada penggunaan anggaran pertahanan Indonesia. Saat ini penghematan dilakukan, bahkan ditempuh Kementerian Pertahanan sejak pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto.
"Dari dulu ngirit, kita sudah (kencangkan) 'ikat pinggang', (kini) kita tambah lagi. Dari zaman Pak Harto, dulu ekonomi dululah kalau sudah siap baru tentara. Itu prinsip, jadi kita enggak ngotot-ngotot. Yang penting kepentingan nasional dulu yang mendesak itu dulu. Perang juga belum kelihatan perang kan," ucap Ryamizard Ryacudu di Baseop Lanud Adisutjipto, Yogyakarta, Rabu 26 Agustus 2015.
Menhan menjelaskan, saat ini secara umum alutsista Indonesia sudah cukup baik. Namun begitu memang ada beberapa harus diganti dan diperbaharui. Seperti penambahan 12 pesawat baru Jupiter.
Selain itu, sambung mantan Kepala Staf TNI AD atau KSAD tersebut, rencana penggantian pesawat Hercules sudah dijadwalkan. Pembelian pesawat Sukhoi juga telah direncanakan. Namun rencana itu tergantung keputusan presiden apakah menyetujui semua rencana tersebut.
"Baik ya tapi ada perlu diganti misalnya pesawat baru perlu ditambah. 12 Pesawat Jupiter. Lalu satu tim untuk akrobat sendiri. Kita punya anggaran tinggal kita pilah-pilah. Tapi tergantung presiden" ujar Ryamizard.
Advertisement
Jenderal purnawirawan TNI AD itu juga mengatakan, jika ada beberapa pesawat yang tidak digunakan kembali sebaiknya dijual. Hal ini bisa menambah anggaran untuk membeli pesawat baru, sehingga jika tidak menambah anggaran untuk membeli pesawat baru tak begitu banyak.
"Kalau enggak mau pakai ya dijual aja. Daripada dipajang di markas, mending dijual aja kalau ada yang beli. Seperti pesawat 737 kan, nah kalaupun nambah enggak banyak," lanjut Ryamizard.
Menhan juga mengatakan alutsista Indonesia cukup memenuhi untuk pertahanan negara dengan ribuan pulau ini. Namun, negara mana pun akan berpikir ulang jika akan berperang melawan Indonesia.
Sebab, sambung Ryamizard, selain peralatan perang yang mumpuni, jumlah rakyat Indonesia mencapai 200 juta orang. Dengan demikian, tidak hanya menghadapi militer tapi juga masyarakatnya yang disebutnya sebagai perang semesta.
"Jadi siapa pun mau berbuat di sini mikir kenapa karena melawan 200 juta orang, jangan main main," pungkas Menhan Ryamizard Ryacudu. (Ans/Ron)