Liputan6.com, Jakarta - Peta yang disiapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta di era Gubernur Joko Widodo kepada warga Kampung Bidaracina, Jakarta Timur ada 6 RT yang akan terkena proyek sodetan Kali Ciliwung.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Jumat (28/8/2015), namun Kementerian Pekerjaan Umum (PU) memiliki peta berbeda. Dalam peta itu, hanya wilayah RT 9 yang terkena proyek. Hal inilah yang membingungkan warga.
Advertisement
Tak hanya peta wilayah yang akan terkena penggusuran, sejauh ini warga juga belum mendapat kejelasan mengenai kompensasi, baik rumah tinggal maupun uang pengganti.
"Saya juga tidak paham berapa RT yang akan kena (gusur) sesungguhnya ya, saya belum tahu, berapa yang akan kena, berapa yang akan dipindahkan. Terus dia mau tinggal dimana, belum pernah ada dialog," ungkap salah seorang warga Bidaracina.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa disapa Ahok membenarkan proyek sodetan Kali Ciliwung yang akan melalui kawasan permukiman Bidaracina tetap berjalan, meski pascapenggusuran Kampung Pulo prioritas utama adalah tidak ada lagi banjir di Kampung Pulo.
Sedangkan ganti rugi termasuk relokasi sudah disiapkan. Ahok juga menegaskan pihaknya sudah menyiapkan hunian baru termasuk ganti rugi tergantung kepemilikan dokumen atas lahan yang ditempati.
"Bidaracina juga kalau bukan tanahnya dia juga akan kita gusur. Kalau tanah dia asli ya baru kita ganti. Bidaracina enggak bisa kita tahan," ucap Ahok.
Bagi pengamat tata kota, relokasi bukan hanya memindahkan tempat tinggal namun juga harus mempertimbangkan mata pencaharian warga yang memiliki usaha mengais nafkah di rumah sendiri.
"Jadi ketika mereka pindah pun, mereka yakin bahwa di tempat yang baru itu mereka bisa mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Nah, ini yang kemarin belum dipersiapkan karena sekali lagi saya mengatakan, ketika orang pindah itu memerlukan kesiapan mental, psikis, dan materi," kata pengamat tata kota Yayat Supriyatna.
Pascapenggusuran Kampung Pulo, proyek sodetan Kali Ciliwung terus berjalan. Proyek yang menghubungkan Ciliwung dengan Kanal Banjir Timur (KBT) itu diharapkan dapat mengurangi beban Ciliwung menampung air dan menekan terjadinya banjir. (Vra/Rmn)