Ganja Bikin Otak Menyusut?

Dampak penggunaan ganja pada otak ternyata lebih rumit dibandingkan peneliti perkirakan sebelumnya.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 28 Agu 2015, 15:00 WIB
Warga membuat ganja kering di dalam kertas saat acara 'Weed the People' merayakan legalisasi penggunaan ganja di Portland, Oregon (3/7/2015). Pemerintah Oregon telah melegalkan penggunaan ganja Pada 1 Juli lalu. (REUTERS/Steve DiPaola)

Liputan6.com, New York- Dampak penggunaan ganja pada otak ternyata lebih rumit dibandingkan perkiraan dari hasil penelitian sebelumnya. Banyak faktor yang memberi dampak pada penggunaan ganja, salah satunya terkait faktor genetik berdasarkan dua studi terbaru.

Salah satu penelitian menemukan fakta bahwa konsumsi ganja tidak membuat ukuran otak pengguna remaja mengecil. Hal ini berlawanan dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan konsumsi ganja bisa membuat bagian otak mengecil.

Tapi pada studi baru lain, orang yang secara genetik rentan terkena skizofrenia, konsumsi ganja bisa membuat perkembangan otak  berpotensi negatif.

Perbedaan hasil terhadap dua studi baru mengenai dampak ganja pada otak ini rumit dan membingungkan. Kedua studi ini menunjukkan berbagai faktor seperti lingkungan, budaya, dan gen berpengaruh terhadap proses di perubahan dalam otak. Berikut pemaparan kedua studi tersebut:


Studi Pertama

Studi Pertama: Sejak awal struktur otak lebih kecil

Untuk mengetahui secara pasti dampak ganja pada otak remaja, ahli genetika dari Washington University yakni Arpana Agrawal dan rekan melakukan studi lewat scan otak MRI terhadap 241 pasang saudara berjenis kelamin sama termasuk mereka yang kembar. Namun tidak semua saudara ini mengonsumsi ganja, ada juga yang bebas ganja. 

Tim peneliti menemukan, remaja yang mengonsumsi ganja, meski hanya sekali, memiliki volume bagian otak bernama amygdala lebih kecil. Amygdala adalah sebuah area di otak yang terkait dengan emosi. Lalu, mereka juga memiliki volume striatum ventral kanan lebih kecil, ini adalah daerah yang terkait untuk menghargai proses.

"Itu menunjukkan mungkin ada faktor umum, genetik, dan lingkungan yang memengaruhi kita untuk menggunakan ganja. Hal ini berkontribusi terhadap variasi dalam volume otak," terang Agrawal kepada Live Science ditulis Jumat (28/8/2015). 

 


Faktor risiko tinggi

Studi Kedua: Faktor risiko tinggi

Dalam studi kedua, ahli saraf dari Rotman Research Institute, Baycrest di Toronto, Kanada yakni Tomas Paus dan rekan menggunakan MRI untuk mempelajari otak 1500 remaja.

Selama empat tahun, peneliti menemukan remaja yang menghisap ganja sekaligus memiliki gen yang berisiko tinggi skizofrenia memiliki korteks yang lebih tipis dibandingkan mereka yang memiliki gen sama tapi tidak merokok.

Namun tidak jelas apa yang menyebabkan penipisan bagian otak ini. Paus berspekulasi hal ini disebabkan penghisap ganja memiliki koneksi sel-sel otak yang lebih sedikit sehingga pembuluh darah di korteks hanya sedikit mendapatkan asupan nutrisi.


Kurang Yakin

Peneliti Masih Kurang Yakin Dampak Ganja

Para peneliti mengaku masih kurang yakin akan dampak ganja pada otak serta bagaimana ganja bisa merusak otak.  "Kami benar-benar tidak sepenuhnya memahami dampak penggunaan ganja termasuk pada anak muda," terang Agrawal.

Peneliti lain yakni Dr. David Goldman seorang neurogeneticist di National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism in Rockville, menemukan efek ganja dapat bervariasi pada setiap orang.

Menurut Goldman, keragaman genotip dan lingkungan berpengaruh terhadap efek ganja. Namun ini bukan berarti ganja aman bagi semuaorang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya