Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Adhi Karya Tbk (ADHI) memutuskan untuk menunda Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di tengah kondisi bursa saham yang fluktuatif. RUPSLB sendiri untuk memutuskan penawaran umum terbatas (right issue).
Dana yang dihimpun dari rights issue ditujukan untuk merealiasasikan proyek light rail transit (LRT). Lantas bagaimana dampaknya penundaan rights issue tersebut pada saham ADHI?
Advertisement
Analis LBP Enterprise, Lucky Bayu Purnomo mengatakan penundaan ini akan menjadi sentimen positif bagi ADHI. Lantaran penundaan tersebut menunjukan jika perseroan melakukan manajemen risiko dengan baik.
"Fundamental PT Adhi Karya Tbk masih bagus, itu potret risikonya masih minim," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Jumat (28/8/2015).
Dia mengatakan, tujuan rights issue untuk menghimpun modal. Kendati diundur, hal itu tak mempengaruhi kepercayaan pelaku pasar terhadap kinerja emiten pelat merah tersebut. "Rights issue bagus dilakukan ketika pasar tumbuh, kalau saat ini menjual di harga yang rendah tidak baik untuk perusahaan," tutur Lucky.
Lucky menambahkan, jika perseroan bersikukuh untuk melaksanakan rights issue sesuai rencana, yang terjadi penghimpunan dana tidak akan maksimal. "Tujuannya menambah modal jadi tidak optimal," kata Lucky.
Perseroan sendiri awalnya akan melaksanakan RUPSLB pada 27 Agustus 2015 namuan diundur menjadi 16 September 2015. Hal itu memperhitungkan kondisi pasar modal saat ini.
Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya Tbk Ki Syahgolang Permata mengatakan meski diundur perseroan tidak mengubah porsi saham yang ditawarkan. "Tidak ada perubahan untuk porsi saham. Ini memang diundar karena pasar berfluktuasi. Kami sudah melaporkan ke BEI dan OJK. Kami akan ikuti sesuai aturan," kata dia kepada Liputan6.com saat dihubungi terpisah.
Perseroan menawarkan 1,81 miliar saham ke publik. Jumlah itu 50,2 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan nilai nominal Rp 100. Perseroan menawarkan harga rights issue Rp 1.510-Rp 2.400 per saham. Target dana yang akan diraup dari rights issue itu Rp 2,7 triliun-Rp 4,3 triliun.
Ki Syahgolang menuturkan, dana hasil rights issue digunakan untuk membangun light rail transit (LRT). Ia menambahkan, perseroan sedang menunggu keputusan Presiden untuk mengerjakan proyek tersebut. "Kalau pendanaan LRT itu berasal dari rights issue. Saat ini kami sedang menunggu Keppres yang diharapkan keluar dalam waktu dekat," tandas dia. (Amd/Ahm)