2 Kapal Bawa 500 Migran Terbalik di Pantai Libya

Menurut pejabat, sekitar 200 orang sudah diselamatkan oleh penjaga pantai Libya.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 28 Agu 2015, 17:23 WIB
Kapal Poseidon mengangkut para migran. (AFP/BBC)

Liputan6.com, Zuwara - Dua kapal yang mengangkut hampir 500 migran terbalik di lepas pantai Kota Zuwara, Libya. Ratusan orang dikhawatirkan tewas.

Kapal pertama, yang menyampaikan sinyal 'SOS' atau permintaan bantuan pada Kamis 27 Agustus 2015, mengangkut hampir 50 orang. Unit kedua yang terlalu penuh, tenggelam beberapa waktu setelahnya, mengangkut sekitar 400 orang.

"Tim penyelamat mengengkat 82 jasad dari air dan menyelamatkan 198 orang," kata perwakilan dari organisasi bantuan Red Crescent seperti dikutip dari BBC, Jumat (28/8/2015).

"Sekitar 100 orang masih hilang," ucap pihak berwenang, Ibrahim al-Attoushi.

Menurut pihak berwenang, tempat penahanan pengungsi ilegal di Sabratha yang ada di barat Tripoli menerima 147 orang migran selamat. Setidaknya 100 jenazah dibawa ke rumah sakit di Zuwara, barat Tripoli.

Para korban adalah pengungsi dari Suriah, Bangladesh, dan beberapa negara Afrika sub-Sahara.

Menurut data PBB, sekitar 2.400 pengungsi tewas sepanjang tahun ini dalam upaya menyeberangi Mediterania menuju Eropa. Sedangkan lebih dari 100 ribu orang sudah mendarat di Italia, dan 160 ribu lainnya sudah menyeberang ke Yunani.

Pada Rabu 26 Agustus lalu, 51 jenazah ditemukan pada bagian bawah kapal yang terguling di pantai Libya. Mereka ditemukan oleh kapal penjaga pantai Swedia yang menyelamatkan lebih dari 400 orang termasuk 3 ribu pengungsi yang diselamatkan hari itu.

Kapal Swedia itu, Poseidon, berlabuh di Palermo, Sisilia, pada Kamis.

Pada Sabtu 22 Agustus, sekitar 4.400 pengungsi diselamatkan dari kapal di lepas pantai Libya, dalam salah satu operasi harian terbesar yang pernah dilakukan. Banyak dari mereka yang melakukan perjalanan ini melarikan diri dari konflik atau tekanan, berangkat dari Libya menggunakan kapal-kapal milik para penyelundup manusia, yang sebetulnya tak layak untuk perjalanan laut.

Dalam setahun terakhir, Libya memiliki dua pemerintahan yang saling bersaing dan sebagian besar wilayahnya dikuasai oleh kelompok-kelompok milisi.

Kemampuan penjaga pantai Libya sangat terbatas dalam melakukan penyelamatan skala besar di laut, lapor koresponden BBC Afrika Utara Rana Jawad dari Tunis.

Sementara di Austria, polisi mengatakan mereka berharap untuk bisa menetapkan jumlah migran yang tewas dalam lori yang diparkir dekat perbatasan. Menurut mereka, angkanya bisa sampai 50 orang, sebagian besar kemungkinan adalah pengungsi.

Masalah arus migran menuju Eropa melalui jalur darat diangkat dalam konferensi tingkat tinggi di Wina pada Kamis.

Menteri Luar Negeri Austria Sebastian Kurz menyoroti perlunya menangani pengungsi dalam jumlah besar yang masuk ke Uni Eropa lewat negara-negara Balkan Barat. (Tnt/Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya