Liputan6.com, Jakarta Pecinta manga tentu sudah tak asing lagi dengan kisah Shingeki no Kyojin atau yang di luar Jepang dikenal sebagai Attack on Titan. Nah, kini proyek live-action atau film adaptasinya sudah tiba di bioskop CGV Blitz Indonesia.
Namun begitu, fans yang berencana menyaksikan bagian pertamanya itu, tentunya masih penasaran dengan isi filmnya. Apalagi, banyak adegan dari manga dan anime yang dituangkan ke dalam versi live-action satu ini.
Advertisement
Seperti halnya versi aslinya, kisah dalam film ini juga mengetengahkan pertikaian antara manusia melawan para titan (raksasa). Gawatnya, para raksasa tidak hanya sekedar membunuh, tapi juga memakan manusia yang dilihatnya.
Sedikit berbeda dari manga maupun anime, di sini kita melihat sang tokoh utama, Eren yang berusia yang cukup dewasa saat diperkenalkan pertama kali. Bahkan, dua temannya, Mikasa dan Armin pun sebaya dengannya.
Ketika mereka bertiga penasaran dengan dunia luar dan bermimpi untuk melihat laut, tiba-tiba muncullah sesosok titan ukuran besar yang menghancurkan tembok pelindung umat manusia. Meskipun titan penghancur tembok menghilang, namun raksasa lain yang lebih kecil telah berhasil merenggut nyawa manusia dengan cara memakan mereka.
Tragedi tersebut membuat Eren dan Armin harus kehilangan keluarga serta Mikasa sekaligus. Dua tahun kemudian, mereka berdua pun ikut bergabung secara sukarela bersama tim ekspedisi ke luar tembok dengan beberapa rekan baru seperti Sasha Blouse, Jean Kirstein, Sannagi, Lil, Fukushi, dan Hiana.
Dipimpin oleh Hans dan Kubal, mereka pun melakukan perjalanan dengan rangkaian mobil. Setiap sudut desa dan kota yang sudah hancur mereka jelajahi demi bisa menemukan jawaban terhadap eksistensi para titan.
Tanpa diduga, ekspedisi mereka berujung pada misi bunuh diri yang membuat satu persatu anggotanya dijadikan sebagai santapan para titan. Eren dan Armin pun harus bertahan hidup dari serbuan raksasa hingga mereka bertemu dengan orang paling kuat di dunianya, Shikishima. Rahasia tentang Eren pun akhirnya terkuak dalam sebuah tragedi.
Apa yang ditawarkan dalam film bagian pertama ini, memang nyaris serupa tapi tak sama dengan versi manga maupun anime. Beberapa momen tentu tak asing lagi bagi yang sudah menikmati cerita asli karya Hajime Isayama itu.
Sekilas, film ini memang tampak megah hingga menimbulkan ekspektasi tinggi bagi fans berat. Sayangnya begitu disaksikan, banyak hal-hal tertentu yang membuat kualitas adaptasi ini jauh di bawah versi anime maupun manga.
Hal pertama bisa dilihat dari adegan pembuka yang boleh dikatakan agak bertele-tele dan dipanjang-panjangkan tipikal khas film Jepang. Lalu, kita juga melihat cukup banyak watak karakter maupun momen jenaka dari manga yang terlalu dipaksakan untuk diselipkan ke dalam adegan atau dialog penting.
Tentunya, pecinta berat film secara umum yang mengamati bloopers atau plot hole, akan menemukan banyak sekali hal-hal tersebut di film ini. Ditambah lagi, beberapa unsur dewasa yang menyerempet seksualitas baik itu verbal maupun tindakan, terasa kurang pas dimasukkan.
Bahkan adegan ketika beberapa karakternya tewas pun tampak lebih konyol, dan malah jauh lebih dramatis versi anime. Dalam hal visualisasi pun, wujud titan dan aksi beberapa karakternya masih tergolong jauh dari sempurna. Sebagian besar titan pun tampak seperti manusia yang telanjang, meski ada beberapa riasan yang mengurangi kevulgaran tubuh setiap aktor atau aktris pemeran para raksasa itu.
Alat manuver 3D di film ini juga tampak seperti barang yang langka dan sulit untuk digunakan. Hal itu sangat berbeda dengan versi aslinya di mana hampir semua prajurit sudah terlatih mengenakan alat tersebut.
Alhasil bagi para pecinta fanatik Attack on Titan, bolehlah sedikit mengapresiasi hasil kerja keras sutradara Shinji Higuchi ini dengan menyaksikan filmnya di bioskop CGV Blitz kesayangan. Setidaknya, kita telah mendapat gambaran bagaimana jika franchise yang mendapat berbagai penghargaan ini diadaptasi menjadi sebuah film live-action. (Rul/Ade)