Liputan6.com, Santo Domingo - Badai Tropis Erika menerjang Haiti dan Republik Dominika pada Jumat 28 Agustus 2015 malam hari waktu setempat, setelah meninggalkan jejak kehancuran yang luar biasa di Dominika, bagian kecil di Pulau Karibia, selama kurang lebih 12 jam.
Menurut informasi dari otoritas setempat, Badai Erika bagian timur Pulau Karibia itu menewaskan 20 orang. Sementara 31 lainnya dilaporkan hilang.
Advertisement
"Luasnya kerusakan yang terjadi begitu parah. Dominika seperti 20 tahun lalu. Ini jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan," kata Perdana Menteri Dominika Roosevelt Skerrit seperti dikutip ABCNews, Sabtu (29/8/2015). Ia menambahkan bahwa ratusan rumah, jembatan dan jalan hancur.
National Hurricane Center di Miami, Amerika Serikat mengumumkan badai diperkirakan bergerak ke utara melintasi Pulau Hispaniola, di mana gunung-gunung tinggi akan melemahkan Erika dan mungkin akan menghilangkannya.
Namun ada kemungkinan, Badai Erika bisa mendapatkan kembali kekuatannya di Kuba utara dan penduduk di Florida harus waspada terhadap hujan deras.
"Ada kemungkinan hujan deras mengguyur sebagian besar negara bagian tersebut," kata spesialis badai di National Hurricane Center, John Cagialosi.
Melihat potensi tersebut, Gubernur Florida Rick Scott pun segera mengumumkan keadaan darurat untuk seluruh negara bagian. Pihak keamanan setempat lalu mendesak warga untuk mempersiapkan diri dengan kedatangan Badai Erika, dengan mengisi tangki gas kendaraan, menimbun makanan dan air, serta menentukan pilihan apakah mereka akan tinggal dalam zona evakuasi atau tidak.
Menurut keterangan pihak berwenang yang bekerja sama dengan Badan Tanggap Bencana Darurat Karibia yang bermarkas di Barbados, hujan lebat bawaan Badai Erika menyebabkan banjir dan tanah longsor di Dominika -- di mana 31 orang telah dilaporkan hilang.
Bandara di pulau itu masih ditutup untuk sementara waktu, dan pihak berwenang belum mampu menjangkau beberapa wilayah yang terendam banjir serta tanah longsor. Gubernur Dominika Skerrit mengatakan ia membentuk sebuah komite penasihat nasional untuk rekonstruksi dan meminta orang-orang saling menolong, sampai bantuan internasional datang.
"Ini adalah periode tragedi (bencana) nasional," kata Skerrit. "Desa-desa kebanjiran, rumah-rumah hancur dan jalanan rusak. Bahkan beberapa wilayah sulit dikenali."
Di antara rumah-rumah yang hilang tertimbun longsor adalah rumah penjaga keamanan Peter Julian.
"Ketika kembali ke rumah, aku melihat rumah yang kutinggali selama lebih dari 20 tahun hilang. Aku beruntung masih hidup. Tuhan belum akan mencabut nyawaku... Aku kehilangan segalanya dan sekarang harus mulai dari awal lagi."
Badai Erika sebelumnya melanda Puerto Rico. 200.000 Orang terkena dampaknya, termasuk merusak tanaman andalan mereka antara lain pisang dan kopi yang kerugiannya ditaksir mencapai US$16 juta. (Rie/Tnt)